Husnudzan Kepada Allah Menjadi Bukti Kedekatan Kita Kepada-Nya

Ngaji inspiratif Oleh: Ust. Fatih Izzudin
Penyusun: Redaksi Pemuda Keren

BANYAK diantara kita yang kurang memiliki adab terhadap Allah. Terbukti dengan sedikitnya ibadah & amalan shalih yang dikerjakan. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena kita kurang mengenal Allah, Tuhan kita.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan:
“Bukti daripada keilmuan adalah ketakwaan atau rasa takut. Semakin kita memahami ilmu Allah, semakin pula rasa takut dan malunya. Ketika hilang rasa ma’rifatullah, maka hilang pula rasa takutnya.”

Seorang hamba yang berani berbuat maksiat dan meninggalkan shalat berarti bahwa dia benar-benar tidak mengenal Tuhannya. Sebagai orang mukmin yang mengenal Allah, kita tidak akan berani untuk meninggalkan shalat dan berbuat maksiat. Karena sejatinya kita tahu dan sadar bahwa Allah menjaga dan mengawasi kita selama 24 jam. Hidup kita diatur atas kehendak Allah. Maka tugas kita hanyalah beribadah kepada-Nya.

Jika manusia memiliki sifat syukur, maka Allah memiliki sifat Asy-Syakur (Yang Maha Mensyukuri). Syukurnya manusia berbeda dengan syakurnya Allah. Syukurnya manusia adalah berbanding lurus dengan apa yang diberi. Sedangkan Syakurnya Allah, Allah akan berikan berlipat ganda daripada Rahmat-Nya.

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلا يُجْزَى إِلا مِثْلَهَا وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya”. (Q.S al-An’aam: 160).

Ketika kita sudah mengenal Allah secara ma’rifatullah, maka tidak akan ada lagi keresahan didalam hidup ini. Karena Allah-lah tempat bergantung.

Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).

Dalam menghadapi musibah, janganlah hilang prasangka baik kita kepada Allah. Berhusnudzan itu penting sebagai bukti kedekatan kita kepada-Nya. Ada kaidah takdir yang semestinya kita ingat bahwa segala sesuatu yang menimpa kita tidaklah mungkin bersifat buruk bagi kita. Apabila kita tidak memiliki kaidah ini, dikatakan oleh sahabat Rasul “Tidak akan dijamin masuk surga.”

Beberapa sikap husnudzan kepada Allah yang dicontohkan oleh para Nabi terdahulu:
1. Nabi Musa Alaihis Salam dengan ujiannya yaitu Raja Fir’aun yang dzalim. Ketika pasukan nabi Musa bertemu dengan pasukan Fir’aun ditepi pantai, salah satu dari pasukannya pesimis akan tersusul. Namun nabi Musa tetap optimis dan berhusnudzan kepada Allah. “Sesungguhnya Tuhan kita (Allah) akan beri jalan.”
Hingga akhirnya Allah memerintahkannya untuk memukul batu dan terbelahlah lautan dan menjadi jalan bagi nabi Musa dan pasukannya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

2. Nabi Ibrahim Alaihis Salam yang terpisah dengan anaknya, Ismail dalam waktu yang cukup lama kemudian diuji oleh Allah melalui sebuah mimpi. Allah meminta agar nabi Ibrahim menyembelih putra kesayangannya, Ismail. Karena ketakwaan dan husnudzan nya kepada Allah, Dilakukanlah perintah Allah tersebut oleh nabi Ibrahim. Maka Allah gantikan Ismail yang kala itu akan disembelih menjadi seekor hewan kurban (kambing). Dan hikmah peristiwa ini masih kita teladani hingga sekarang, yaitu tentang anjuran berkurban dibulan Dzulhijjah.

3. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapat ujian melalui istrinya, Aisyah Radhiallahu ‘anha. Yang pada saat itu menjadi korban fitnah kaum munafiqin. Diceritakan bahwa Aisyah dahulu sempat dituduh berbuat dzalim karena tertinggal pada saat peristiwa safar. Kemudian beliau bertemu dengan seorang sahabat yang shalih bernama Shofwan dan menumpang pada kendaraannya hingga dapat menyusul pasukan tentara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kondisi ini dimanfaatkan orang munafiqin untuk menuduh Aisyah telah berbuat yang tidak-tidak dengan Shofwan. Hingga satu bulan lamanya Aisyah jatuh sakit dan persoalan rumah tangganya dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam belum selesai. Namun Aisyah dan suami tercintanya, baginda Rasul tetap berhusnudzan kepada Allah. Maka Allah turunkan 10 ayat yang membebaskan tuduhan terhadap Aisyah.

Husnudzan itu penting. Untuk mengetahui posisi kita dihadapan Allah. Karena tanpa kita sadari banyak diantara kita yang mengambil jalan selain dari jalan Allah, banyak yang bergantung kepada manusia. Akibatnya, bukannya masalah cepat selesai namun malah semakin terpuruk.

Allah Ta’ala berfirman:
{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِب
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaq: 2-3)
Kuncinya hanya satu, yaitu kenal dengan Allah.

Setiap masalah yang datang adalah salah satu bentuk ujian dari Allah, seberapa kenalkah kita dengan-Nya? Orang mukmin paham akan hal ini. Dan bagi orang yang bersabar, Allah akan berikan ganjaran yang tidak bisa dihitung.

Husnudzan kepada Allah itu penting untuk menyikapi ujian hidup. Karena sebagai seorang hamba, kita akan senantiasa membutuhkan pertolongan, tempat bergantung dan jalan keluar dari setiap permasalahan. Maka janganlah kita lari pada siapapun, kecuali kepada Allah. Ketika kita sudah tertuju pada-Nya, niscaya sikap husnudzan akan muncul didalam diri kita. Jadi mulai sekarang, marilah kita berusaha untuk selalu mengingat Allah disetiap aktifitas kita. Agar Allah ingat kepada kita.

Redaksi Pemuda Keren

Pemuda Keren Al-Jihad
Facebook: Pemuda Keren Al-jihad
Instagram: @pemudakeren_official
Youtube: Pemuda Keren Al-Jihad Karawang

One comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Kisah Pedagang Bakso Keliling Kini Berhasil Mendirikan Pondok Pesantren

Karawang – Amo Zakaria seorang pedagang bakso berhasil mendirikan pondok ...