Pengrajin Seruling Bambu Di Sudut Kota Lumbung Padi

KARAWANG – Berlokasi di seberang kantor Desa Sukaharja, Kecamatan Telukjambe Timur, Eman Geje, sapaan warga setempat kepada si pembuat Seruling Bambu yang sudah tidak asing lagi. Eman merupakan satu-satunya pengrajin alat musik tiup tradisional sunda yang berada di Kota Lumbung Padi. Selain menghasilkan suara yang prima, suling buatan Eman memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan suling bambu dari daerah lain.

“Kalo di daerah lain biasanya lubang suwer (sumber suara;red) dicopak lalu dicolok besi panas jadinya berbentuk bulat. Kalo suling buatan saya, Suwer-nya dicopak persegi baru kemudian diiket dengan ikatan yang dinamai seliwer,” ujarnya kepada Fakta Jabar, Jumat (16/11).

Meski dengan cara tradisional, Eman menambahkan, suling buatannya itu diakui oleh seniman suling yang datang ketempatnya sambil mengungkapkan kata sempurna. Bahkan, banyak seniman suling yang membeli hasil karyanya itu bukan hanya dari Karawang saja melainkan datang dari kota lain, seperti Bandung, Cirebon dan lainnya.

“Sudah ada ukuran khusus yang menjadi patokan pembuatan suling ini, saya memang menggunakan cara alam atau alamiah dan tidak menggunakan diameter-diameter seperti layaknya pengrajin seruling bambu modern. Sehingga menghasilkan suara dengan getaran rasa yang lebih prima dan banyak seniman suling yang cocok,” jelasnya.

Masih Eman menambahkan, seruling itu tercipta dari alam, tumbuh besar kecilnya pohon bambu juga secara alamiah. Angin yang meniup pohon-pohon bambu yang berlubang sehingga menghasilkan suara-suara yang kemudian dibuatlah alat musik suling. Maka, tidak sembarangan orang-orang dulu ketika membuat seruling, meski belum secanggih sekarang tetapi memiliki nada dasar Da, Mi, Na Ti, La, Da yang sesuai dan sempurna. “Saya dari muda sudah mengerti dasar pembuatan suling. Da urang lebur mah baheula lamun nganjang sok marawa suling. Jadi kanyahoan ku kabogoh suara suling na ge, tah kabogoh urang datang, pan kitu,” tandasnya sambil tertawa mengingat romatisme masa muda.

Sementara, salah seorang seniman suling, Rohyat Sopandi mengungkapkan, banyak seniman suling yang pandai meniup suling, tetapi belum tentu bisa membuat suling. Begitu pula sebaliknya, pengrajin suling belum tentu sepandai seniman suling saat memainkan sulingnya. Karenanya, keberadaan Eman Gaje melengkapi kebutuhan para seniman suling saat ini. “Saya hampir setiap pagi datang ke warung Kang Eman, sambil ditemani obrolan ringan dan secangkir kopi, biasanya sesekali kami meniup seruling,” katanya.

Sambung masih Rohyat menambahkan, pengrajin alat musik tradisioal seperti Eman Geje sudah sulit dijumpai apalagi di kota-kota besar seperti karawang. Keberadaan kebun-kebun Bambu Tamiyang sebagai bahan membuat suling pun sudah berganti wujudnya. Maka, perlu ada perhatian tersendiri dari Pemerintah Kabupaten Karawang dalam upaya melestarikan alat musik tradisional suling ini baik dari promosi hingga pemasarannya. “Suling buatan Kang Eman ini bukan suling maenan anak-anak, ini benar-benar alat musik suling. Jadi sangat disayangkan jika pemasarannya dilakukan di pasar-pasar malam seperti apa yang dilakukan Kang Eman,” pungkasnya. (lil)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

ESQ Kemanusiaan Gandeng Indonesia CARE, Distribusikan Wakaf Qur’an Isyarat Untuk Sahabat Tuli

Faktajabar.co.id – Inovasi dalam pendidikan Al Qur’an terus dikembangkan. Termasuk ...