Begini Sejarah Dibentuknya Padepokan Wahyu Alam

KARAWANG – Pencak Silat merupakan ilmu bela diri asli Indonesia dengan ciri khasnya. Sejak zaman dahulu sudah ada seni bela diri warisan nenek moyang tersebut. Ratusan bahkan bisa ribuan seni bela diri pencak silat ini diwadahi dengan nama paguron.

Misalnya saja di Kabupaten Karawang. Ada puluhan paguron yang terdaftar di organisasi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Contohnya saja Paguron Wahyu Alam atau disingkat PWA.

Paguron ini memiliki suatu sejarah hingga terbentuk dengan nama Wahyu Alam. Tedy Maryanto, merupakan Ketua dari Paguron Wahyu Alam, menjelaskan sejarah itu.

Menurutnya, bermula pada tanggal 30 Maret 2003 datang 3 orang santri utusan (pendekar ) dari Pondok Pesantren Darul Huda Cikaret yang berada di Cianjur dengan pimpinan Kyai H. Noer ‘Ali (Alm ), ketiga utusan itu bernama Ustadz Daud (Alm), Ustadz Nailin (Alm), Ustadz Kari (Alm) meminta Kosasih (Guru Besar PWA) untuk datang dan ikut pada malam itu juga menuju suatu tempat yang telah ditentukan, yaitu di daerah Cidaun – Cianjur Selatan.

Setelah tiba pada tempat yang dituju, lanjut Tedy, Kosasih (Guru Besar PWA) di kejutkan dengan kehadiran seluruh guru semasa beliau menimba ilmu dari berbagai tempat, diantaranya 1. KH. Erlangga ( Alm ) dari Padepokan Sapu Jagad Banten 2. KH. Noer ‘Ali ( Alm ) dari PONPES Darul Huda Cianjur. 3. KH. M Noeh ( Alm ) dari PONPES Miftahul Falah Jampang Surade, 4. KH. Anwarullah ( Alm ) dari Ponpes Babbussalam Jampang Surade Sukabumi, 5. KH. Sukroni ( Alm ) dari PONPES Nurrul Falah Kuningan, 6. Bah Gopal ( Alm ) dari Padepokan Sangga Buana Gunung Ciremai, 7. Bah Rojali (Alm) dari Kampung Silat Jampang Merunda Jakarta Utara, 8. Ust H. Suntari dari Balong Jambe Rengasdengklok Karawang, 9. KH. Abi Hasan Sadili ( Alm ) dari Ponpes Miftahul Jannah Cibarusah, 10. KH. Sabili ( Alm ) dari Ponpes Al – Hikmah Cidaun Cianjur.

“Guru – guru besar meminta beliau duduk ditengah – tengah mereka, yang sebelumnya tanpa diketahui sudah direncanakan untuk beliau (Kosasih/Guru Besar PWA ),” kata Tedy.

Diantaranya, lebih jauh Tedy menjelaskan, 1. Makna Pok, pek, prak dan “pageuhan silana”, 2. Memberi beliau Gelar Jaka Lalana, 3. Memberikan tugas untuk mengamalkan 1 ilmu kanuragan tingkat tinggi selama 3 tahun, 4. Memberikan tugas untuk tapa gawe selama 3 bulan 11 hari, 5. Memberi Ijazah sebagai Bukti kelulusan berupa Golok, 6. Memerintahkan untuk membuka suatu Padepokan untuk mengajar Pencak Silat dan Ngaji tanpa membawa bendera dari semua guru (membuat nama padepokan sendiri).

“Dari pengalaman tersebut juga perintah dari semua guru-guru besar, terbentuklah sebuah wadah latihan budaya bangsa dalam lingkup beladiri pencak silat dengan nama Padepokan Wahyu Alam,” jelas Tedy.

PWA berdiri pada tanggal 12 Februari 2012 di Kampung Kawista, RT 11/05, Desa Cibadak, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Indonesia, yang diketuai oleh Kosasih alias Jaka Lalana dengan aliran beladiri pencak silat campuran, diantaranya : Cimande, Kari Cikaret, Lodaya, Godot, Kari Sera dan Limbangan.

“Seiring berjalannya waktu dan terus berkembang hingga keluar wilayah, PWA mulai mendaftarkan ke Lembaga resmi organisasi pencak silat ( IPSI ) dan diresmikan pada tanggal 21 November tahun 2017,” tandasnya.

Makna Logo Padepokan Wahyu Alam

Tedy menjelaskan makna dan arti lambang paguron Wahyu Alam. Pasalnya 1.Kujang Kembar Melambangkan putra putri jawabarat yang mau dan rela untuk mengembangkan dan melestarikan budaya Indonesia khususnya Jawa Barat. 2.Golok Karawang Melambangkan Padepokan Wahyu Alam (PWA) berdiri di Kabupaten Karawang. 3.Bintang Warna Hijau, Melambangkan kepatuhan dan keihklasan dalam melakukan sesuatu. Taat dan patuh terhadap Tuhan Yang MAha Esa, Guru dan orang tua. 4. Lingkar 5 Melambangkan jiwa semangat sportifitas dan olahraga. 5. Padi dan Kapas Melambangkan sejahtera dan mensejahterakan, dalam artian menjalankan ilmu yang di dapat untuk kebaikan dalam kehidupan. Sehingga menjadikan ilmu yang bermanfaat baik diri pribadi ataupun orang lain. 6. Teks Padepokan Warna Biru, Melambangkan tanpa batas atau luas dalam arti mencari ilmu dimanapun kapanpun atau apapun yang datang kepada diri jadikan lah ilmu.7. Teks Wahyu Alam Warna Putih. Teks Wahyu Alam Melambangkan ilmu dari semua pengalaman hidup. Warna putih mempunyai arti kesucian dan kebersihan dan keihklasan dalam menjalani hidup.

“Kemudian, ke 8 pita merah, melambangkan keberanian untuk berkembang. Berani membela kebenaran dan keadilan dan berani menumpas ke angkara murkaan khususnya dalam diri. Dan ke9 segi lima merah, melambangkan Pancasila, rukun islam, dan jaga 5 perkara baik sebelum datang 5 perkara buruk.(cim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Sosok Kartini PLN : Kiprah Dewi Setyaharini Pimpin Unit Pelaksana Transmisi Bekasi

Faktajabar.co.id – Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. ...