KARAWANG – Diujung utara Kabupaten Karawang, tepatnya di Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, angin laut tak hanya membawa aroma garam, tapi juga semangat perubahan. Dulu, Sedari hanyalah titik kecil di peta terlupakan, terasing, dan tertinggal. Jalan rusak yang sulit dilalui kendaraan membuat desa ini seperti terkunci dari dunia luar.
Selain itu, warganya yang mayoritas nelayan dan petani penggarap, menjalani hidup dengan seadanya, menggantungkan nasib pada laut dan lahan yang bukan milik mereka.
Namun semua itu mulai berubah sejak tahun 2018. Sebuah langkah kecil yang berani diambil oleh Pemerintah Desa, tokoh masyarakat, dan warga menjadikan Sedari sebagai desa wisata.
“Waktu itu kami hanya punya keyakinan bahwa alam Sedari punya potensi. Pantai dan hutan mangrove adalah anugerah,” kata Agus Sumarno, Ketua Bumdes Sedari, saat di wawancarai melalui telepon saluler, Selasa 27 Mei 2025.
Pantai Sedari menjadi titik tolak perubahan. Kawasan yang dulu dibiarkan apa adanya mulai ditata dengan dana desa dan semangat gotong royong, warga membenahi akses, membangun fasilitas sederhana, dan mempromosikan destinasi ini ke luar desa. Pantai yang dulunya sepi kini menjadi hidup, tenda-tenda warung berdiri, tikar disewakan, dan lahan parkir dikelola warga.
“Ekonomi Masyarakat mulai membaik dan pedagang pedagang pun mulai bermunculan,” ujar Agus.
Pemerintah Kabupaten Karawang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan turut memberi pengakuan dan pendampingan. Pelatihan digelar, promosi dilakukan, dan Desa Sedari kini menyandang status sebagai desa wisata berkembang.
Namun Sedari tak berhenti di pantai. Hutan mangrove yang berada di lahan Perhutani juga diangkat menjadi destinasi edukasi. Di sinilah pengunjung bisa belajar tentang pentingnya ekosistem pesisir, mengenali jenis-jenis mangrove, hingga ikut menanam bibit sebagai kontribusi nyata.
“Wisata ini bukan hanya soal datang, lihat, dan pulang. Kami ingin pengunjung ikut merawat,” tutur Agus.
Di balik geliat wisata, satu sektor masih berjuang yakni UMKM. Produk lokal seperti olahan hasil laut dan kerajinan belum menemukan pasar yang stabil. Agus mengaku ini menjadi PR besar berikutnya.
“Kita punya produk, tapi belum tahu harus dibawa ke mana. Pasarnya masih kita cari,” ungkapnya penuh harap.
Perubahan besar juga terasa di infrastruktur. Jalan-jalan desa yang dulu rusak kini sudah mulus, membuka jalur baru bagi wisatawan dan mempercepat perputaran hasil laut dan pertanian.
Perubahan ini bukan hanya fisik, tapi juga menyentuh batin warga. Ada rasa percaya diri yang mulai tumbuh, rasa bangga terhadap desa yang dulunya mereka anggap tak punya masa depan.
Kini, Sedari bukan lagi sekadar desa di pesisir Karawang. Ia telah menjelma menjadi contoh nyata bahwa dengan tekad, kebersamaan, dan sedikit dukungan, desa tertinggal pun bisa bangkit.(rls/fj)