Kebijakan Larangan Siswa Membawa Kendaraan Jadi Harapan Baru bagi Sopir Angkot

Angkutan Umum di perkotaan Karawang

Karawang – Rencana kebijakan yang melarang pelajar membawa kendaraan sendiri ke sekolah oleh pemerintah disambut antusias oleh para sopir angkutan kota (angkot) di Karawang. Di tengah merosotnya jumlah penumpang akibat maraknya transportasi online, kebijakan ini bagai angin segar yang dapat menghidupkan kembali transportasi umum, khususnya angkot.

‎Pak Hendra (55), salah satu sopir angkot yang sudah 30 tahun menjadi sopir angkot, mengatakan bahwa sejak hadirnya ojek online, pendapatannya mengalami penurunan drastis. “Dulu bisa dapat 200 ribu, sekarang 100 ribu aja nggak dapet,” ujarnya, Selasa (01/07/2025).

‎Ia berharap jika aturan pelarangan pelajar membawa motor benar-benar diterapkan, jumlah penumpang angkot bisa kembali meningkat. “Mudah-mudahan kalau nanti kebijakannya sudah diterapkan banyak anak sekolah yang naik angkot,” tambahnya, Selasa (01/07/2025).

Hal senada juga diungkapkan Pak Agus (45), sopir angkot lainnya, sejak tahun 1997. Menurutnya, kebijakan ini bisa menguntungkan bagi angkutan umum. “Iya, anak sekolah ngaruh ke pendapatan,” tuturnya saat ditanya apakah kebijakan tersebut berpotensi menambah penumpang. Saat ini, ia mengaku pendapatannya hanya setengah dari sebelum adanya ojek online. “Sebelum ada onjek online bisa dapat 150–200 ribu. Sekarang 75–100 ribu aja susah,” katanya, Selasa (01/07/2025).

Namun, keduanya juga mengeluhkan naiknya harga BBM yang tidak sebanding dengan pendapatan yang didapat.

“Belum tentu kebawa pulang, kadang belum ada setoran dari pagi sampai sore,” ungkap Pak Hendra yang biasa menarik rute Tanjung Pura–Tuparev, Selasa (01/07/2025).

Sementara itu, dari sisi pengguna, Wahyu sebagai seorang siswa, menilai bahwa kebijakan tersebut bisa saja efektif, asalkan disertai dengan penyediaan transportasi umum yang layak dan nyaman.

“Kalau transportasi umum nggak layak atau nggak lewat rute sekolah, ya susah juga mengikuti kebijakan itu,” ujarnya, Selasa (01/07/2025).

Wahyu sendiri mengaku terakhir kali naik angkot sebulan lalu. Menurutnya, angkot memang lebih murah dibandingkan ojek online, tapi kalah dari segi kenyamanan dan fleksibilitas waktu. “Ojol jelas lebih nyaman karena bisa kemana aja, tapi kalau angkot paling nyari murahnya,” ucapnya, Selasa (01/07/2025).

Kebijakan pelarangan siswa membawa kendaraan pribadi ke sekolah saat ini masih dalam tahap rencana dan belum diterapkan sepenuhnya. Meski begitu, bagi para sopir angkot yang terdampak langsung oleh persaingan transportasi online, harapan mulai tumbuh akan kembalinya masa-masa ramai penumpang seperti dulu.(***)

tim penulis : Dea Aulia/Ochim/Fakta Jabar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Tingkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan Masyarakat, UPTD Labkesda Karawang Jalani Akreditasi

KARAWANG – Sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat, Unit ...