
Aktivitas warga Babakan Banten, Kampung Sunyi Telagasari
Karawang – Di tengah hamparan sawah dan jalanan kecil yang berliku di Dusun Pasirtalaga II, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang, berdirilah sebuah kampung yang menyimpan jejak perubahan zaman.
Dahulu, dusun ini dikenal dengan nama Babakan Kamurang sebuah sebutan yang berasal dari banyaknya pohon kamurang yang tumbuh rimbun di sana.
Suasananya tenang, bahkan cenderung sunyi. Tak heran jika tempat ini menjadi semacam kantung peristirahatan bagi waktu yang berjalan perlahan.
Salah satu saksi hidup dari masa-masa itu adalah Nemah (75), warga yang telah tinggal di kampung ini sejak lahir. Ia menggambarkan kampungnya dulu sebagai tempat yang sepi dan terpencil, dihuni hanya oleh segelintir keluarga.
“Rumah juga bisa dihitung, Neng. Cuma beberapa saja, tidak sepadat sekarang,” kenangnya saat ditemui pada Kamis (3/7/2025).
Perubahan mulai terasa ketika rombongan pendatang dari Banten mulai datang dan menetap. Mereka menikah dengan warga lokal, membentuk ikatan kekerabatan baru yang kelak menjadi fondasi sosial kampung tersebut.
Dari sanalah muncul nama Babakan Banten, nama yang kini secara resmi dikenal oleh masyarakat luas.
“Dulu, waktu orang-orang Banten datang ke sini, ibu saya bilang, ‘ini Babakan Banten,’” tutur Nemah, menyebut ibunya sebagai orang pertama yang menggunakan istilah tersebut.
Meski tak dapat menyebutkan tahun pasti, Nemah memperkirakan perubahan nama itu terjadi jauh sebelum kemerdekaan Indonesia.
Namun nama bukan satu-satunya yang berubah. Dulu, Babakan Banten adalah kampung yang gelap gulita. Tak ada aliran listrik.
Ketika malam kondisi dusun menjadi sunyi dan dingin. Hanya cahaya bulan dan lentera minyak yang menjadi penerang.
“Dulu itu gelap sekali. Belum ada listrik. Penerangan kampung sangat kurang, beda jauh dengan sekarang,” kata Nemah, membandingkan masa lalu dengan kondisi kampung yang kini lebih terang dan ramai.
Transformasi Babakan Banten tak berhenti pada infrastruktur. Struktur sosial dan demografis kampung ini juga berubah drastis.
Jika dulunya didominasi oleh warga lokal dan keturunan Banten, kini kampung ini menjelma menjadi miniatur keberagaman Indonesia.
Aan (59), warga setempat yang turut menyaksikan langsung perubahan komposisi penduduk menyebutkan, bahwa kini pendatang dari berbagai daerah dan etnis sudah menjadi bagian dari masyarakat.
“Sekarang mah banyak pendatang. Ada orang Padang, ada orang China juga,” ungkap Aan.
Keberagaman ini membawa nuansa baru di tengah kehidupan masyarakat Babakan Banten, memperkaya budaya lokal dan membuka ruang interaksi yang lebih luas antarwarga.
Babakan Banten kini berdiri sebagai kampung yang hidup dalam dua dimensi waktu, masa lalu yang penuh kenangan, dan masa kini yang dinamis dan terbuka.
Meski modernisasi telah mengubah banyak hal, nilai-nilai kekerabatan, gotong royong, dan cerita lisan tetap menjadi akar yang mengikat warganya.
Kisah Babakan Banten adalah cermin perjalanan sebuah komunitas kecil dalam menyambut arus besar perubahan, tanpa kehilangan jejak sejarahnya.
Dari sunyi Kamurang ke terang Babakan Banten, kampung ini tidak sekadar bertaha dusun ini tumbuh, menjelajah, dan merangkul keberagaman sebagai bagian dari identitasnya hari ini.(***)
Tim Penulis :
Syadhilah SM/Ochim/Fakta Jabar