Tulisan di Punggung dan Senyum Ramah, Pak Asep Menjaga Lalu Lintas dengan Hati

Karawang – Di persimpangan jalan jembatan Ardiasa, tampak sosok pria berusia 47 tahun berdiri dengan peluit kecil dan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Ia adalah Asep, seorang pengatur lalu lintas yang kerap disapa “Pak Ogah” oleh sebagian pengendara. Namun bagi mereka yang sering melintasi jalan itu, Pak Asep bukan sekadar pengatur arus kendaraan, juga sebagai pengingat agar kita lebih sabar dan hati-hati saat berkendara.

Sejak 2019 akhir, Pak Asep telah menjalani profesi ini sebagai pekerjaan utama. Setiap hari, ia mulai dari pukul 06.00 hingga 12.00 siang, lalu kembali lagi pada pukul 18.00 sampai 21.00 malam. Bahkan jika tidak ada kegiatan keluarga atau anak-anaknya di rumah, ia bisa berjaga penuh dari pukul 9 pagi hingga 9 malam. “Saya nggak kerja di perusahaan karena memang nggak nyaman, nggak cocok. Kalau di jalan begini, penghasilan cukup, saya juga dihargai,” ujarnya.

Pak Asep bukan sekadar berdiri di tengah jalan. Ia kerap membawa pesan-pesan moral dalam bentuk tulisan yang digantungkan di punggungnya. Tulisan itu ia buat sendiri dan diganti setiap dua atau tiga hari sekali. Isinya ringan, kadang lucu, kadang menyentil, namun selalu mengandung imbauan agar pengendara berhati-hati dan bersabar, apalagi di jalan tersebut sering dilewati mobil-mobil besar. “Dari tulisan itu, saya pengen ngingetin pengendara. Biar mereka lebih tenang, lebih senyum juga,” tuturnya sambil tertawa kecil.

Salah satu motivasi terbesarnya adalah demi keselamatan dan mencari rezeki yang halal. Ia mengaku rata-rata bisa mendapat Rp150 ribu per hari. Namun saat macet atau hujan deras, penghasilannya bisa menurun. “Dulu waktu belum ada tulisan, dapetnya Rp70-80 ribu. Tapi setelah pakai tulisan, alhamdulillah jadi lebih banyak yang ngasih,” tambahnya.

Tak jarang, tulisan-tulisannya diminta oleh pengendara atau warga sekitar yang merasa terhibur. “Kadang ada yang bilang, ‘Pak tulisannya diganti dong, bikin ketawa kemarin,’ ya saya bikin lagi. Biar nggak bosen juga,” katanya.

Selain jadi tukang atur lalu lintas, Pak Asep juga menjabat sebagai Ketua RT sejak 2021. Ia menjalani perannya dengan penuh tanggung jawab. Meskipun begitu, ia tetap membagi waktu untuk bekerja di jalan, untuk kebutuhan sehari-hari. Anak pertamanya sudah bekerja, sedangkan anak bungsunya masih duduk di bangku SMP kelas 2. Sementara sang istri berjualan di kantin depan Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika).

“Saya nggak ada setoran ke siapa-siapa. Ini kerja sendiri, buat keluarga,” ucapnya. Ia juga tak keberatan bila di hari libur seperti Sabtu dan Minggu penghasilannya turun, karena menurutnya rezeki itu sudah diatur. Pernah juga mencoba berdagang untuk penghasilan tambahan.

Ketika ditanya apakah tertarik jika ditawari pekerjaan formal, ia menjawab tegas, “Kalau ada kerjaan, biar buat anak saya saja. Saya mah udah nyaman di sini.”

Meski terkadang mengalami pro dan kontra dari warga atau pengendara, Pak Asep tetap tegar. Ia menyadari bahwa di balik semua itu, yang terpenting adalah niat baik dan kerja dengan hati.

Kini, di tengah riuhnya kendaraan dan debu jalanan, Pak Asep tetap berdiri tegap. Ia bukan hanya menjaga kelancaran lalu lintas, tetapi juga membawa pesan sederhana. “Bersabar di jalan adalah bentuk kasih sayang terhadap sesama,”pungkasnya.(red/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Edukasi ala Polres Karawang: Siswa MPLS Dibekali Nilai Etika, Taat Hukum sampai Anti-Kekerasan

Karawang – Suasana berbeda terasa di sejumlah sekolah menengah atas ...