
Fathia Arifa Fachrani, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Singaperbangsa Karawang
Karawang — Siapa sangka, coretan cerita pendek di atas kertas bekas pengumuman yang ditempel di dinding kamar, bisa menjadi pijakan awal seorang mahasiswa menuju panggung prestasi literasi.
Fathia Arifa Fachrani, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) angkatan 2022, membuktikan bahwa semangat dan konsistensi bisa mengantar seseorang ke dunia kepenulisan yang lebih dalam dan bermakna.
“Motivasi terbesarku tentu orang tua. Aku ingin membanggakan mereka. Selain itu, para sastrawan yang meniti kariernya dari dunia lomba juga jadi inspirasiku,” tutur Fathia saat dihubungi via WhatsApp.
Kecintaannya pada literasi tumbuh karena ia merasa dunia tulis-menulis menyimpan keindahan dan kekayaan makna.
Ia mulai serius menekuni kepenulisan sejak duduk di bangku SMP, lalu semakin aktif saat pandemi COVID-19 melanda, dengan mengikuti berbagai event antologi cerpen.
“Aku suka menulis berdasarkan pengalaman pribadi atau cerita orang di sekitarku. Biasanya aku menulis saat libur atau malam hari setelah mengerjakan tugas kuliah,” jelas Fathia.
Menariknya, Fathia tergabung dalam komunitas kepenulisan kampus yang dibimbing langsung oleh seorang dosen sekaligus penyair.
Hal ini membuatnya semakin mantap mendalami dunia sastra, khususnya dalam penulisan puisi dan cerpen.
Dalam ajang Bulan Bahasa (Bulbah) Unsika, Fathia pernah menorehkan prestasi gemilang.
Ia berhasil meraih Juara 3 Lomba Cerpen tahun 2023, dan naik peringkat menjadi Juara 2 pada tahun 2024. Namun, baginya, pencapaian terbesar bukan semata trofi atau sertifikat.
“Prestasi yang paling aku banggakan adalah aku masih hidup dan tetap bersemangat saat melihat ada perlombaan. Itu tandanya aku masih punya api dalam diri untuk terus berjuang,” ungkapnya penuh refleksi.
Ia mengidolakan sosok Theoresia Rumthe dan Okky Madasari karena karya-karya mereka yang menurutnya menggugah perasaan dan sangat relevan dengan kondisi kehidupan.
Meski telah memiliki sejumlah prestasi, Fathia mengaku masih ragu untuk mendaftarkan diri dalam program seleksi mahasiswa berprestasi di kampus.
“Aku belum percaya diri karena prestasiku masih di tingkat internal kampus,” ujarnya jujur.
Saat sedang jenuh atau tertekan, Fathia punya cara unik untuk meredakan perasaannya.
“Biasanya aku makan makanan kesukaan atau menonton film. Tapi sering juga aku menulis puisi untuk menumpahkan keresahan.”
Di akhir obrolan, Fathia menyampaikan pesan singkat namun penuh makna.
“Jangan pernah takut mencoba dan jangan pernah takut gagal.” pungkasnya.(***)
Tim Penulis :
Syadhilah SM/Ochim/Fakta Jabar