Karawang – Harga kelapa segar di pasar domestik meningkat drastis dari Rp 7.000 menjadi sekitar Rp 12.000–Rp 25.000 per butir sejak awal tahun ini, dipicu lonjakan ekspor ke China dan negara lainnya.
Pedagang kelapa, Ade (23), menyampaikan, “Biasanya saya restock seminggu sekali, tetapi sejak harga naik saya hanya bisa ambil stok dua minggu sekali” Ia menjelaskan lonjakan harga telah menyulitkan pasokan dan mempersempit margin keuntungan.
Salah seorang pembeli di Pasar Baru Karawang mengungkap bahwa harga kelapa parut melonjak hingga Rp 15.000–Rp 20.000 per butir sejak awal 2025. “Harga naik karena banyak kelapa dikirim ke luar negeri,” ujar Ina(53).
Dari pihak pemerintah, Disperindag menyatakan bahwa ekspor memberikan insentif bagi petani, karena harga di tingkat petani kini bisa mencapai Rp 7.00 per buah, dibanding biasanya hanya Rp. 1.000 per buah merupakan perbedaan yang sangat signifikan. Keputusan Kementrian pertanian menyetujui ekspor kelapa untuk memenuhi permintaan China dan menjaga devisa negara, sekaligus mendukung program seperti Sistem Pengendalian Inflasi Daerah (Silinda) dan peningkatan produksi melalui penambahan kebun konvensional serta penggunaan bibit hibrida adalah usaha yang akan dilakukan pemerintah untuk memenuhi permintaan pasar (23/7/2025).
“Ini kesempatan langka bagi petani, tetapi pemerintah juga harus menjaga pasokan di dalam negeri agar harga tidak terlalu membebani konsumen, dan juga lebih banyak penggunaan santan kemasan dibandingkan dengan santan yang dibeli di pasar” demi menghindari ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, oleh sebab itu kementrian pertanian mengizinkan ekspor kelapa ke China.(***)
Penulis :
Shania Amelia Vega/Ochim/Fakta Jabar