Masjid Agung Karawang: Jejak Syiar Islam di Tanah Pasundan

Masjid Agung Syeh Quro Karawang

Karawang – Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, berdiri kokoh sebuah saksi bisu sejarah panjang Islam di tanah Pasundan Masjid Agung Karawang.

Lebih dari sekadar rumah ibadah, masjid ini adalah permata sejarah yang menyimpan jejak awal penyebaran Islam di Jawa Bara bahkan lebih tua dari Masjid Agung Demak.

“Masjid ini bukan hanya tempat salat, tapi pusat peradaban dan spiritualitas sejak ratusan tahun lalu,” kata Obar Subarja, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Karawang, saat ditemui di sela kegiatan penelusuran sejarah masjid pada Kamis (24/7/2025).

Terletak di Jl. Alun-Alun Barat No. 1, Karawang Kulon, masjid ini dikenal juga sebagai Masjid Agung Syekh Quro Karawang.

Nama itu merujuk pada pendirinya, Syekh Hasanuddin atau lebih dikenal sebagai Syekh Quro, seorang ulama besar dari Campa yang datang ke Jawa untuk menyebarkan Islam.

Awal Mula dari Sebuah Pesantren
Menurut Obar, masjid ini bermula dari sebuah pesantren yang didirikan Syekh Quro pada tahun 1418 M, jauh sebelum munculnya masjid-masjid besar lainnya di Jawa seperti Masjid Agung Demak (1477 M), Masjid Sunan Ampel (1421 M), dan Masjid Agung Cirebon (1498 M).

“Bisa dibilang, Masjid Agung Karawang adalah salah satu masjid tertua di Jawa,” ungkap Obar.

Papan nama di halaman masjid mencatat, bahw pesantren itu kemudian berkembang menjadi pusat dakwah, tempat ibadah, dan cikal bakal lahirnya Islam di Karawang.

Salah satu catatan sejarah paling menarik adalah peristiwa pernikahan Nyi Subang Larang santri Syekh Quro, dengan Raden Pamanah Rasa, putra mahkota Kerajaan Pajajaran yang kelak dikenal sebagai Prabu Siliwangi.

Pernikahan agung ini terjadi di lingkungan pesantren, menjadi simbol persinggungan Islam dengan kerajaan Hindu terbesar di Jawa Barat kala itu.

Jejak Peradaban yang Terus Dijaga
Meski telah mengalami beberapa kali renovasi, sebagian besar masyarakat dan ulama sepakat mempertahankan unsur arsitektur aslinya.

Gaya arsitektur joglo dengan empat saka guru (tiang utama) dan atap limasan bersusun tiga masih dipertahankan, simbol dari keimanan, ilmu, dan amal.

“Renovasi boleh, tapi nilai sejarah tak boleh hilang. Masjid ini warisan Waliyullah, Syekh Quro, yang kontribusinya luar biasa dalam menyebarkan Islam di Karawang,” tegas Obar.

Kini, Masjid Agung Karawang tak hanya digunakan untuk ibadah, tetapi juga menjadi pusat pendidikan, dakwah, dan kegiatan sosial. Masyarakat memanfaatkannya sebagai ruang pembinaan umat sekaligus destinasi wisata religi.

Kendati sejarahnya panjang dan menginspirasi, masih banyak pertanyaan yang menggantung di balik dinding masjid ini.

Misalnya, bagaimana Syekh Quro bisa sampai di Karawang saat mayoritas wilayah Pajajaran menganut agama Hindu? Dan mengapa pesantrennya tidak berkembang sebesar pesantren lain di masa itu?

“Ini jadi tantangan bagi kita semua, khususnya sejarawan dan budayawan, untuk terus mengungkap misteri sejarah Karawang,” kata Obar.

Ia juga menyinggung asal-usul Syekh Quro yang sempat singgah di Cirebon dan Malaka, sebelum akhirnya mendarat di Pelabuhan Bunut Karawang bersama Nyi Subang Larang dalam perjalanan kedua ke Jawa.

Menurut cerita rakyat, Raja Pajajaran sempat mengutus Pangeran Pamanah Rasa untuk menutup pesantren tersebut. Namun niat itu berubah setelah ia terpukau oleh lantunan merdu Nyi Subang Larang membaca Al-Qur’an.

Alih-alih membubarkan pesantren, ia justru meminang sang santri dengan mas kawin Bintang Saketi dan syarat agar keturunannya kelak menjadi raja Pajajaran.

Dengan usia lebih dari enam abad, Masjid Agung Karawang tak hanya menjadi warisan budaya tetapi juga simbol identitas umat Islam di Karawang.

Di tengah arus zaman, masjid ini tetap berdiri anggun, menjadi pengingat akan akar sejarah, nilai-nilai spiritual, dan perjuangan dakwah yang panjang.

“Masjid ini harus menjadi inspirasi kita semua dalam menjaga sejarah, memperkuat iman, dan merawat warisan yang tak ternilai,” tutup Obar.(***)

Tim Penulis :

Syadhilah SM/Ochim/Fakta Jabar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Dua Hari Lagi GasKita Sadayana: PGN Area Karawang Ajak Warga Hidup Sehat dan Gunakan Energi Bersih

KARAWANG – Tinggal dua hari menjelang acara puncak GasKita Sadayana ...