Antara Olahan Dodol Mangrove Emak dan UMKM Pecahkan Rekor MURI

UMKM masyarakat Pasir Putih Cilamaya

Karawang – Program Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Karawang sedang naik daun. Sebab, pemerintahan yang dipimpin oleh Aep Syaepuloh, Bupati Karawang telah memecahkan Rekor Muri tingkat Indonesia menggelar bazar UMKM terlama. Hal itu dicapai dalam rangka kemeriahan hari jadi Kabupaten Karawang ke 392 tahun pada tanggal 14 September 2025 di Lapang Karangpawitan, Kelurahan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Dibalik layar Pemkab Karawang meraih Rekor MURI

Pelaku UMKM di Kabupaten Karawang mencapai ribuan. Terdiri dari UMKM makanan, minuman, kerajinan hingga tanaman. Tak sedikit binaan kelompok UMKM dari masyarakat binaan perusahaan-perusahaan di Kota Pangkal Perjuangan.

Tidak terkecuali UMKM binaan PHE ONWJ wilayah Karawang. Perusahaan plat merah ini memiliki binaan kelompok usaha masyarakat di Dusun Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Uniknya, UMKM ini dari tanaman Mangrove.Namun, diolah oleh masyarakat menjadi ladang usaha. Awalnya, tanaman Mangrove ditanam sebagai tanaman pelindung (greed belt) dari ancaman abrasi oleh masyarakat pesisir utara Karawang. Selain itu, ternyata mempunyai nilai ekonomis yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Buah tanaman Mangrove diolah menjadi makanan dan minumuman yang kini menjadi penghasilan masyarakat.

Itu dialami Umi Laila (71) atau panggilan Emak Laila. Ia membuat olahan Dodol dari buah Mangrove dan memiliki rasa yang berbeda dengan Dodol lain. Ciri khas Dodol Mangrove hingga menjadi buah bibir masyarakat. Juga, Dodol Mangrove diburu oleh orang Korea yang tinggal di Indonesia. Karena citra rasa yang cocok di lidah mereka.

Emak Laila menceritakan, Dodol Mangrove buatan ia diburu orang Korea bermula cemilan itu dibawa oleh salah seorang warga Cilamaya menjenguk yang sakit di RSUD Karawang. Lalu dibagikan Dodol Mangrove tersebut. Setelah dibagikan, salah satu petugas medis mempunyai kerabat orang Korea dan mencicipi Dodol Mangrove buatan Emak. Alhasil ketagihan dan meminta lagi.

“Disitu awalnya. Mungkin karena penasaran juga, orang Korea itu mau ramai-ramai datang ke tempat wisata mangrove pasir putih ingin makan Dodol Mangrove,”kata Ema menceritakan.
Ide pengolahan dodol mangrove, Emak juga menceritakan, hasil gagasannya. Ide tersebut muncul saat berteduh di pohon Mangrove dekat pantai. Lalu ia coba praktekan membuat olahan Dodol dengan buah Mangrove. Modal dan alat seadanya. Setelah jadi dodol itu, ia dibagikan kepada tetangganya ternyata rasanya enak dan banyak yang suka.

“Disitu kita mulai fokus pengolahan Dodol buah Mangrove. Diberikan merek dan bisa dijual dan dipasarkan ke masyarakat luas,” kata Ema lagi, meneruskan dimulai tahun 2019 ketika ada program tanggunghjawab sosial dan lingkungan (TJSL) Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java.
“Dari Pertamina, Emak diberikan pelatihan dan pembinaan usaha. Dan diberi bantuan berupa alat untuk pengolahan Dodol buah Mangrove,” ujarnya, yang tergabung dalam Kelompok Gapoktan Pantai Barokah Pasir Putih.

Proses pengolahan Dodol Mangrove, lanjut Emak, tidak begitu sulit. Hanya menyiapkan buah-buahan, gula, agar-agar dan pelengkap lainnya. Diolah sekitar 1 jam bisa selesai. Namun yang kendala adalah buah Mangrove. Bahan baku yang tidak ada setiap hari.

“Emak punya pohon Mangrove sendiri dibelakang rumah. Tiap hari ada aja buahnya. Itu Emak ambil dan proses olahan dodol,” ungkapnya.
Masih menurutnya, setelah berjalan sekitar 6 tahun dari binaan perusahaan Pertamina ONWJ usahanya cukup signifikan. Dodol mangrove dikemas rapi dan masuk UMKM yang difasilitasi Pemkab Karawang. Selain jualan di tempat wisata mangrove, produk Dodol Mangrove juga ada di outlet UMKM yang disiapkan Pemkab Karawang.

“Sekarang ada kemajuan dari sebelumnya. Emak jual harganya Rp5000 terjangkau,” pungkasnya.

Sahali (51), Pengelola Mangrove Pasir Putih, menyampaikan, tidak sedikit hasil usaha masyarakat. Mulai dari makanan dan minuman olahan dari laut dan mangrove. Hasil kelompok usaha masarakat setempat ia berikan ruang tempat untuk berjualan di tempat wisata. Juga, ia fasilitasi tempat agar menarik para pengunjung.

“Pengunjung yang datang ke tempat wisata ini, kami arahkan bisa berkunjung ke kedai UMKM hasil olahan masyarakat. Alhasil banyak yang beli,” kata Sahali.

Proses ini, kata dia, bukan sebentar. Tapi cukup lama. Jangan melihat ini sudah jadi tempat wisata da nada hasil produk olahan. Tetapi, proses membentuk ini sejak 2017 lalu.

“Kami bersama Pertamina komitmen mencegah abrasi yang makin parah. Dengan penanaman mangrove hingga sekarang pohon besar dan rindang jadi tempat wisata. Ini semua berkat kerjasama kelompok dan dukungan dari perusahaan Pertamina. Tanpa dukungan semua pihak, belum tentu jadi seperti ini,” katanya.

Iman Teguh, Penangungjawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHE ONWJ, menambahkan, sepanjang bibir pantai utara di Cilamaya dan Tempuran menjadi tanggungjawab Pertamina membantu masyarakat. Mulai dari pencegahan abrasi dengan ban bekas, pembinaan kelompok usaha dan sekarang menjadi tempat wisata masyarakat Karawang.

“Komitmen ini yang kita bangun dengan masyarakat. Apa yang menjadi kebutuhan masyarakat kita berikan dalam upaya pencegahan abrasi yang makin parah. Lalu usaha pun sedang berjalan, bisa meningkatkan pendapatan masyarakat,” pungkasnya.(rosman/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Ketua DPRD Tegaskan HUT Karawang Momentum Evaluasi

Karawang– Ketua DPRD Kabupaten Karawang, Endang Sodikin, menegaskan bahwa peringatan ...