Terumbu Karang Sedulang Tempat Sakral, Gerbang Ghoib Pantai Utara Karawang

Aktivitas nelayan Tangkolak Cilamaya Wetan

Cerita rakyat dibalik realita ada hal mistis atau ghoib. Bukan hanya di Pantai Selatan, ternyata di Pantai Utara Karawang sama memiliki suatu larangan. Yakni dilarang bicara asal atau sompral di perbatasan Pantai Karang Sedulang.

Dama Saputra (38), nelayan asal Dusun Tangkolak, Desa Sukakerta Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat keceplosan bercerita pada awak media. Itu adalah tempat sakral di Pantai Utara Karawang. Konon, tempat sakral itu adalah wilayah Terumbu Karang Sedulang. Setiap 3 tahun, nelayan setempat merayakan atau peserta laut dengan melarung kepala kerbau ke area Karang Sedulang.

Semua nelayan di pesta laut melakukan ritual khusus, karena sebagai ucapan terimakasih kepada laut yang telah memberikan kekayaan alam kepada nelayan.

“Karang Sedulang menurut orang sekitar, emang itu tempat Sakral. Disitu pusatnya, hal-hal ghoib di pantai,” katanya.

Namun begitu, tak menjadi soal bagi Dama. Sosok nelayan putra daerah itu berpedoman keyakinan asal sopan saat melaut. Ritual yang di jalani nelayan pun selalu di lakukan setiap tiga tahun sekali.

“Asal sopan saja,” kata Dama.

Hal sama diceritakan Nanang Sai (50). Ia bercerita pernah ada Kelayan hilang. Pasalnya, puluhan tahun tidak ditemukan. Kini, hanya jadi cerita masyarakat setempat.

“Memang dulu pernah ada hilang di sana (Karang Sedulang-red),” ujarnya.

Pria yang mengenakan pakaian kaos putih biru ini juga bercerita di dalam laut terdapat kapal peninggalan VOC. Banyak harta di dasar laut dengan kedalaman 30 meter.

Ia belum pernah mencari, tapi pernah melihat. Harta karun itu berupa guci dan lain sebaginya. Dulu, kata dia, banyak yang mencari. Kini, sudah tiada karena dilindungi.

“Ada dulu penampung nya, sekarang mah sudah engga ada,” ceritanya.

Dengan adanya program Otak Jawara PHE ONWJ, Nanang turut berterimakasih mengembalikan kekayaan alam ke asalnya. Saat ini di lindungi pemerintah Karang Sedulang. Dulu, karang banyak diambil untuk pondasi rumah. Diambil menggunakan linggis dibawa menggunakan perahu. Lalu, dijadikan pondasi rumah. Bahkan, dijadikan mata pencarian warga setempat, bisa pesan karang untuk pondasi rumah.

“Tapi, sekarang sudah tidak bisa. Telah di lindungi. Kita kembalikan lagi kekayaan alam semula,”pungkasnya.(Rosman)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Akhmad Munir Umumkan Susunan Pengurus Lengkap PWI Pusat 2025–2030

Faktajabar.co.id – Ketua Umum PWI Pusat Akhmad Munir, didampingi Ketua ...