
Pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia Karawang, Candra Purnama
Karawang – Kesiapan sumber daya manusia (SDM) Karawang untuk terjun ke dunia industri masih menjadi perhatian serius para pelaku usaha.
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Pengurus Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Karawang, Candra Purnama, yang menilai perlunya pembinaan karakter dan mindset kerja sejak dini, agar para lulusan sekolah tidak mengalami “culture shock” saat masuk dunia kerja.
Candra menjelaskan bahwa dunia industri memiliki standar kerja yang sangat spesifik dan disiplin tinggi, mulai dari hal kecil seperti cara berpakaian, cara berjalan di area pabrik, hingga penempatan alat tulis dan dokumen.
Semua itu, kata dia, tidak akan dipahami jika para calon tenaga kerja tidak lebih dulu diperkenalkan melalui program pendidikan yang terintegrasi.
“Mindset kerja itu sebaiknya mulai dibentuk sejak SMA atau SMK, terutama lewat program link and match seperti PKL. Jadi ketika siswa magang di industri, mereka belajar langsung seperti apa ritme kerja, kedisiplinan, dan presisi yang dibutuhkan,” jelas Candra.
Menurutnya, selama ini industri telah menjalankan banyak program kemitraan dengan sekolah, khususnya SMK, dalam upaya membangun konektivitas antara pendidikan dan kebutuhan tenaga kerja.
Salah satu contohnya adalah SMK di kawasan Surya Cipta yang secara langsung dikelola dan didukung industri, lengkap dengan beasiswa, asrama, dan sistem pembelajaran yang menyerupai praktik dunia kerja.
“Kami ingin ketika siswa lulus, mereka sudah punya gambaran utuh soal dunia industri. Jadi begitu melamar kerja, mereka tidak kaget dengan tes psikotes atau wawancara. Mereka sudah terbiasa berpikir presisi, disiplin, dan siap kerja,” tambahnya.
Lebih jauh, Candra menyebut bahwa industri Karawang juga pernah mengajukan harapan kepada pemerintah daerah agar lebih serius memperkuat program link and match. Tujuannya agar saat lulusan keluar dari sekolah, perusahaan tidak perlu lagi melakukan pelatihan dari nol.
“Bayangkan kalau kamu bikin komponen seperti kampas rem atau roda kendaraan, akurasi harus 100 persen. Salah nol koma sedikit saja bisa membahayakan nyawa. Makanya presisi, konsistensi, dan daya tahan itu jadi hal utama yang dinilai sejak tahap seleksi kerja,” ujarnya.
Candra menyambut baik langkah-langkah pemerintah daerah yang telah mendorong lahirnya sekolah-sekolah kejuruan berbasis industri di sejumlah kawasan.
Namun, menurutnya, tantangan ke depan adalah bagaimana memastikan program tersebut benar-benar dijalankan secara konsisten dan tepat sasaran.
“Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi kolaborasi semua pihak. Dunia usaha siap terlibat, asal programnya jelas dan berkelanjutan,” tutupnya.(***)
Tim Penulis :
Syadhilah SM/Ochim/Fakta Jabar