
Mahasiswi Fakultas Hukum, Firda Zahrah
Karawang – Di tengah padatnya aktivitas sebagai mahasiswi Fakultas Hukum, Firda Zahrah berhasil mencuri perhatian dengan sederet prestasi di dunia literasi.
Mahasiswi angkatan 2022 Program Studi Ilmu Hukum ini lebih akrab disapa Firda, ia tak hanya unggul di bidang akademis, tetapi juga produktif menulis hingga telah menerbitkan delapan buku dalam tiga tahun.
Firda menjadi bukti nyata bahwa usia muda bukanlah penghalang untuk terus berkarya dan memberi dampak positif bagi sekitarnya.
Perempuan penuh semangat ini kini tengah memasuki semester tujuh dan bersiap menyusun skripsi. Meski ditengah kesibukan kuliah ia tetap konsisten menulis dan mengembangkan potensi dirinya, terutama dalam bidang literasi.
Kecintaan Firda terhadap dunia menulis bermula secara tidak sengaja saat ia mengikuti program Duta Genre. Dari situ, ia terhubung dengan Imam Bahanan, Sekretaris DP3A Karawang, yang kemudian mengajaknya bergabung ke IPKB (Ikatan Penulis Keluarga Berencana) Karawang.
“Aku masuk IPKB awalnya karena ikut Duta Genre. Terus kenal sama Pak Imam, dan diajak gabung jadi penulis,” kisah Firda.
Pengalaman tersebut menjadi titik tolak bagi Firda untuk serius menulis. Ia menetapkan target pribadi, satu buku setiap semester. Target itu tak muncul begitu saja, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab atas ucapan yang pernah ia lontarkan kepada teman-temannya.
“Waktu itu aku bilang bakal menerbitkan satu buku setiap semester. Nah, itu jadi semacam ‘beban’ yang harus aku tepati. Malu kalau cuma ngomong tapi nggak dibuktikan,” ujarnya sembari tersenyum.
Menariknya, target itu justru berhasil ia lampaui. Firda mulai menerbitkan buku sejak semester pertama kuliah, dan hingga kini telah melahirkan delapan buku dalam enam semester.
Firda mengaku bahwa menulis adalah caranya untuk menyalurkan emosi. Ia merasa lebih tenang saat menulis, terutama ketika menuangkan pengalaman pribadi maupun hikmah dari kisah orang lain.
“Aku senang dengar orang cerita. Dari situ aku ambil pelajaran, lalu aku tulis. Sebagian besar buku-buku ku memang berdasarkan pengalaman pribadi,” katanya.
Buku-buku Firda umumnya mengangkat tema self-improvement dan motivasi. Ia menulis dengan gaya yang reflektif dan membumi, membuat karyanya mudah diterima oleh pembaca muda.
Berikut delapan judul buku yang telah ia terbitkan, Bila Kecewa Kembali Menyapa, Pada Akhirnya Akan Sendiri Berhenti, Hidup Bukan untuk Dilihat Manusia, dan Tiba di Tujuan Bukankah Akhir dari Sebuah Perjalanan,
Kemudian, Bukan Kalah Apalagi Tak Sampai, Cinta Titipan Tuhan, Cinta Kiara Bersama Mahasiswa, Jangan Berhenti Sebelum Sampai.
Dua di antara bukunya yang paling populer adalah Hidup Bukan untuk Dilihat Manusia dan Bukan Kalah Apalagi Tak Sampai. Semua buku tersebut dipasarkan secara daring, baik melalui dirinya langsung maupun lewat situs toko buku independen.
Firda memilih menerbitkan bukunya melalui penerbit indie, yakni Kertas Sentuh yang berbasis di Jombang. Alasannya sederhana yakni efisiensi waktu.
“Aku pernah coba ajukan ke Gramedia, tapi prosesnya lama. Sedangkan aku punya target pribadi untuk menerbitkan satu buku dalam satu semester. Jadi aku pilih penerbit indie yang prosesnya lebih cepat,” jelas Firda.
Kesuksesan Firda di dunia literasi membuatnya kerap diundang menjadi pembicara di berbagai forum kepenulisan. Ia dengan senang hati membagikan pengalamannya agar lebih banyak anak muda berani berkarya dan menulis.
“Setidaknya aku bisa sedikit berbagi tentang proses menulis. Aku percaya semua orang punya cerita yang layak dibagikan,” tuturnya.
Meski dikenal sebagai penulis muda produktif, Firda memilih studi hukum dengan alasan yang sangat personal dan mulia.
“Aku ingin ketika keluarga atau orangtuaku punya masalah, aku bisa jadi anak yang membantu menyelesaikan, atau setidaknya jadi penengah,” ungkapnya.
Tak hanya ingin menjadi praktisi, Firda juga bercita-cita menjadi dosen. Setelah lulus S1, ia berencana melanjutkan studi ke jenjang S2.
Kini, di tengah kesibukannya kuliah dan menulis, Firda juga aktif berorganisasi. Ia telah menjadi anggota IPKB Karawang selama dua tahun terakhir dan terus mengembangkan dirinya dengan semangat belajar yang tinggi.
“Saya telah menjadi anggota IPKB Karawang selama dua tahun terakhir, sambil terus mengembangkan diri,” tutupnya.(***)
Tim Penulis :
Syadhilah SM/Ochim/Fakta Jabar