
Mak Edah atau Jubaedah (50), menunjukan kerupuk miskin yang telah dipasarkan dan dicicipi oleh Presiden Jokowi.
Karawang – Mak Edah (50), nama panggilan Jubaedah merupakan sosok perempuan inspiratif dan tangguh. Warga Kampung Kedawung, Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat tersebut menjadi sosok penggerak di desanya.
Ia menjadi pimpinan Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan beranggotakan 13 orang. Namun, beberapa diantaranya telah meninggal dunia dan sakit. Kini, beranggotakan 8 orang. Dalam kelompok itu, Mak Edah mempunyai sebuah usaha. Yaitu pembuatan kerupuk miskin atau kerupuk kencur. Cemilan sederhana ini menjadi khas masyarakat hingga membantu peningkatan perekonomian.
Mak Edah, membagi tugas pada anggotanya. Dari mulai proses pengolahan, pengeringan,produksi hingga pemasaran ke toko terdekat wilayah Karawang. Hitungan penghasilan untuk anggota telah disiapkan sesuai kesepakatan bersama dengan anggotanya.
“Pemasaran kerupuk kami titipkan ke toko-toko, rumah makan dan pusat oleh-oleh. Alhamdulillah, laris manis,” kata Mak Edah, menyebutkan harga terjangkau dengan beli satuan harga Rp5 ribu per bungkus.
Sejak 2017 Mak Edah telah menggeluti usaha kerupuk. Sebalumnya, kata dia, pernah mencoba beberapa jenis cemilan lainnya. Namun, di pasaran kurang diminati. Akhirnya, Mak Edah dan anggota memutuskan untuk produksi kerupuk miskin rasa kencur.
“Dulu, kita alat seadanya dan manual. Tapi, sekarang sudah punya alat bagus dan dapur yang lanyak. Itu karena bantuan CSR Pertamina Gas,” kata Mak Edah. Rabu,29 Oktober 2025.
Berkat bantuan alat dari Pertamina Gas, Mak Edah mengaku produksi semakin banyak. Dalam sehari bisa puluhan kilogram yang diolah. Bahkan, dalam waktu satu hari dari proses pengolahan hingga siap saji bisa dilakukan. Hal ini karena bantuan alat yang memadai.
“Satu hari bisa selesai sekarang, karena alat canggih. Penggorengan menggunakan gas bisa lebih cepat. Proses adonan, pengeringan hingga penggorengan bisa lebih cepat. Meski musim hujan tidak masalah, karena sudah punya alat canggih. Berbeda dulu masih manual, perlu waktu cukup lama,” kata Mak Edah.
Berkat itu, Mak Edah menyampaikan terimakasih pada pihak Pertamina Gas yang telah membantu usahanya. Mulai dari bantuan alat, tempat dan pendampingan usaha sampai sekarang berjalan.

Mak Edah menggoreng kerupuk miskin dengan mesin bantuan dari CSR Pertamina Gas
“Sekarang Mak dan anggota sudah mandiri, tidak ada pendampingan lagi. Selain ucapan syukur dan terimakasih pada Pertamina Gas telah membantu Mak dan anggota. Tak disangka-sangka ada Pertamina datang ke kampung Mak,” ujarnya.
Produk kerupuk miskin itu, pernah publikasikan oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Presiden RI mencicipi produk Mak Edah, saat kegiatan Silaturahmi Nasabah Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) di Bekasi, 16 Februari 2024 lalu. Saat itu, Jokowi bahkan memuji produknya sebagai “kerupuk melarat dengan rasa mewah.”
“Mak tidak menyangka, kerupuk miskin ema bisa dicicipi pak Presiden Jokowi. Bahkan, pak presiden mengangkat produk ema dan menyebutkan rasanya gurih, enak sampai berlinang air mata,” kata Mak.
Jualan kerupuk miskin itu meningkat perekonomian Mak Edah dan anggotanya. Berkat kerupuk miskin, Mak Edah mengakui dua anaknya bisa menjadi sarjana. Padahal, Mak Edah tidak sama sekali berpendidikan. Ia hanya lulusan SD dan dilanjutkan sekolah kesetaraan. Namun, berkat perjuangan itu Mak Edah bertekad anaknya harus menjadi sarjana di kampus ternama di Karawang.
“Alhamdulillah, berkat jualan kerupuk miskin anak emak menjadi sarjana. Satu sudah lulus di Unsika dan satu lagi nanti Desember sidang,” katanya.
Tedy Abadi Yanto, Analis CSR PT Pertamina Gas, menyampaikan, pendampingan kepada KWT Desa Tanjung telah selesai sejak 2023. Menurutnya, kelompok binaan Mak Edah kini dinilai telah mandiri dan terus berkembang sampai saat ini.
“Desa Tanjung dulu masuk kategori rawan miskin, tapi sekarang sudah lepas dari status itu. Ekonomi masyarakat meningkat berkat semangat warga dan pendampingan berkelanjutan,” jelas Tedy.
Ia juga menjelaskan, Pertagas memilih Desa Tanjung karena potensi ekonominya yang besar serta lokasinya yang dilintasi jaringan pipa gas.
“Kami mengetahui hal ini berawal dari media. Lalu, kami tidak lanjuti. Kami juga berharap kelompok ini terus maju dan menjadi contoh pemberdayaan masyarakat di Karawang,”pungkasnya.(cim/red/fj)
Fakta Jabar Cerdas Mengupas Lugas Mengulas Selalu Menjadi Referensi