
dr. Hj. Nurmala Hasanah, MM
Oleh : dr. Hj. Nurmala Hasanah, MM
UPAYA penurunan stunting tidak dapat lagi dilakukan dengan pendekatan parsial. Tantangan gizi masyarakat—khususnya di wilayah yang memiliki kesenjangan layanan dasar seperti beberapa desa/kelurahan di Kabupaten Karawang—menuntut hadirnya wadah kolaborasi lintas sektor yang efektif. Dalam konteks ini, Pos Gizi Terintegrasi berbasis pentahelix menjadi instrumen strategis untuk mempercepat penurunan stunting, memperkuat Universal Health Coverage (UHC), dan sekaligus menekan beban pengeluaran langsung masyarakat (Out-of-Pocket/OOP).
Pos Gizi Terintegrasi: Titik Konsolidasi Intervensi Sensitif dan Spesifik
Pos Gizi Terintegrasi memungkinkan berbagai bentuk layanan—pemantauan tumbuh kembang, edukasi gizi, suplementasi, deteksi dini risiko kesehatan, hingga rujukan cepat—dilakukan dalam satu pintu. Pendekatan ini memberikan tiga nilai tambah:
a. Akses layanan yang lebih dekat dan murah. Dengan layanan gizi yang lebih dekat ke rumah, keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya transport, kehilangan waktu kerja, atau membayar layanan kesehatan yang sebenarnya bisa dicegah melalui upaya promotif dan preventif.
b. Data berbasis komunitas yang lebih akurat. Pos gizi menjadi simpul pengumpulan data real-time terkait status balita, pola konsumsi, sanitasi, dan faktor risiko lainnya. Data ini memudahkan pemerintah desa/kelurahan melakukan intervensi yang lebih tepat sasaran.
c. Intervensi cepat untuk kasus risiko tinggi. Balita dengan indikasi masalah gizi dapat segera ditangani tanpa menunggu antrean panjang di fasilitas kesehatan, sehingga mencegah kondisi memburuk dan mengurangi biaya pengobatan.
Pentahelix sebagai Penguat Tata Kelola Penanganan Stunting
Model pentahelix—melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas/masyarakat, dan media—menjadi fondasi yang membuat Pos Gizi Terintegrasi lebih kokoh dan berkelanjutan.
a. Pemerintah. Menjamin regulasi, pendanaan, integrasi dengan program nasional (PKH, BPNT, BOK, UHC), serta monitoring.
b. Akademisi. Memberi dukungan ilmiah, analisis data gizi, inovasi intervensi berbasis bukti, hingga pelatihan kader.
c. Dunia Usaha. CSR dan kolaborasi pendanaan menghadirkan makanan tambahan, perbaikan sanitasi, atau dukungan logistik.
d. Komunitas/Masyarakat. Posyandu, kader gizi, PKK, dan tokoh masyarakat meningkatkan partisipasi serta mengubah perilaku keluarga.
e. Media. Menguatkan kampanye perubahan perilaku dan mengangkat praktik baik agar replikasi terjadi di desa lain.
Dengan pentahelix, pos gizi tidak hanya menjadi program, tetapi gerakan sosial
Keterkaitan Pos Gizi Terintegrasi dengan UHC (Universal Health Coverage)
UHC mengarah pada tiga target: akses layanan, pelayanan bermutu, dan perlindungan finansial.
Pos Gizi Terintegrasi mendukung pencapaian UHC Karawang melalui:
a. Memperluas akses layanan promotif-preventif. Intervensi gizi yang dilakukan sejak awal menurunkan kebutuhan layanan kuratif di fasilitas kesehatan. Hal ini membantu menyeimbangkan porsi pelayanan kesehatan agar tidak didominasi layanan pengobatan.
b. Meningkatkan mutu layanan kesehatan primer. Pos gizi menyediakan data dasar yang memperkuat perencanaan Puskesmas, sehingga keputusan klinis dan program gizi lebih tepat sasaran.
c. Mendorong optimalisasi kepesertaan dan pemanfaatan JKN. Dalam forum pos gizi, keluarga dapat sekaligus mendapat edukasi terkait hak dan manfaat JKN, termasuk alur rujukan yang benar. Hal ini menurunkan kemungkinan pasien mengeluarkan biaya di luar prosedur (OOP tidak perlu).
Kontribusi dalam Menekan Out-of-Pocket (OOP) Masyarakat
OOP tinggi sering terjadi karena tiga faktor: keterlambatan deteksi, kurangnya edukasi, dan ketidaktahuan terhadap manfaat JKN.
Pos Gizi Terintegrasi membantu menekan OOP melalui:
a. Pencegahan lebih murah daripada pengobatan. Stunting dan gangguan tumbuh kembang memiliki biaya penanganan yang lebih tinggi ketika sudah parah. Deteksi dini menurunkan risiko biaya pengobatan jangka panjang.
b. Memotong “biaya kesehatan tidak resmi”. Contoh: membeli susu formula karena salah informasi, berobat ke layanan non-standar, atau membeli vitamin mahal tanpa indikasi medis.
c. Integrasi dengan program perlindungan sosial. Keluarga yang memenuhi kriteria dapat langsung dihubungkan ke PKH, BPNT, dan kepesertaan PBI-JKN sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya sendiri.
Pos Gizi Terintegrasi Sebagai Investasi Sosial Jangka Panjang
Jika dijalankan secara konsisten, pos gizi bukan hanya mengurangi prevalensi stunting, tetapi juga meningkatkan kualitas SDM Karawang secara keseluruhan. Generasi bebas stunting akan memiliki produktivitas lebih tinggi dan menurunkan beban pembiayaan negara di masa depan. Dengan demikian, Pos Gizi Terintegrasi bukan hanya solusi teknis, tetapi strategi pembangunan manusia.
Pos Gizi Terintegrasi berbasis pentahelix di desa/kelurahan Tangkas Stunting Kabupaten Karawang merupakan inovasi kolaboratif yang relevan, efektif, dan berkelanjutan. Inisiatif ini tidak hanya berfungsi menurunkan angka stunting, tetapi juga:
• memperkuat implementasi Universal Health Coverage,
• meningkatkan literasi kesehatan masyarakat,
• memperluas akses layanan dasar,
• serta menurunkan beban pembiayaan Out-of-Pocket masyarakat.
Dengan sinergi lintas sektor dan komitmen politik yang kuat, pos gizi dapat menjadi model rujukan nasional untuk percepatan penurunan stunting berbasis desa.(*)
Fakta Jabar Cerdas Mengupas Lugas Mengulas Selalu Menjadi Referensi