Pemotongan Gaji Pemain dan Official di Liga 1 Dipangkas Hingga 75%

FAKTAJABAR.CO.ID – Pemotongan gaji pesepakbola lumrah dilakukan di tengah pandemi virus corona. Tapi, yang berlaku di Liga 1 dan Liga 2 seenak jidat sendiri.

Sebab, keputusan terkesan diambil sepihak. Besaran jumlah potongan juga kelewat besar dan mencekik leher. Gaji seluruh pemain dan ofisial dipangkas hingga 75 persen.

Dilansir dari CNNIndonesia.com, PSSI lewat surat keputusan bernomor SKEP/48/III/2020, menyatakan klub wajib membayar maksimal 25 persen dari nominal kontrak untuk periode Maret hingga Juni 2020.

Keputusan ini diambil setelah operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) menerima usulan klub-klub dengan dalih kondisi force majeure karena wabah Covid-19.

Artinya, tiap pemain hanya berhak mengantongi 25 persen dari gaji semestinya.

Ambil contoh, salah satu pemain top Indonesia misalnya mendapat kontrak Rp1 miliar selama semusim. Dengan metode pembayaran di Indonesia, si pemain biasanya akan mendapat uang muka sebesar 25 persen atau 250 juta saat resmi menandatangani kontrak.

Sementara 750 juta sisanya dibayar per bulan selama semusim atau sekitar 10 bulan. Pemain ini harusnya mendapat 75 juta per bulan tapi pemotongan gaji membuatnya hanya mendapatkan Rp18,7 juta.

Pemain menengah yang mendapat kontrak Rp500 juta semusim akan mendapat Rp9,3 juta. Sementara pemain muda dengan kontrak 200 juta hanya akan mengantongi Rp4,3 juta di masa penangguhan kompetisi.

Pendapatan pemain Liga 2 yang nilai kontraknya bisa saja di bawah Rp200 juta bisa lebih rendah lagi. Itupun tak menjamin gaji mereka diberikan mengingat ada sebagian klub Liga 2 yang masih menunggak hak pemain.

Klub Minim Aset

Pemangkasan gaji jadi ide lumrah di tengah krisis finansial yang dialami klub-klub Indonesia. Terlebih hampir semua klub di Tanah Air tak memiliki aset.

Mereka hanya mengandalkan sponsor yang tak seberapa dan berharap dari hak siar operator kompetisi. Suporter terkadang dijadikan sapi perah lewat harga tiket cukup mahal. Meski demikian, tak jarang pemilik klub terpaksa merogoh kocek pribadi atau berutang.

Namun, pemangkasan gaji 75 persen tak lantas bisa dimaklumi begitu saja. Pemotongan melebihi setengah dari pendapatan adalah keputusan sadis yang amat merugikan pemain, pelatih, dan staf ofisial.

Segelintir pemain mengaku pasrah. Sementara sebagian lainnya tak berani bersuara dan mengandalkan Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) sebagai corong.

Beruntung APPI bersikap tegas. Dalam rilisnya, asosiasi pemain yang dipimpin Firman Utina tersebut memprotes keputusan yang terkesan seenak jidat.

Dalam rilisnya, APPI menegaskan, keputusan pembayaran gaji sebesar 25% sejak Maret-Juni merupakan hal yang seharusnya disepakati kedua belah pihak dan tidak bisa diputuskan sepihak.

“Kami meminta adanya pertemuan dan pembicaraan yang melibatkan semua stakeholder tanpa terkecuali dengan dasar saling respect dan fair untuk mencapai solusi yang bisa diterima oleh semua pihak,” bunyi pernyataan APPI pada 28 Maret 2020.

APPI juga mendesak klub untuk melunasi uang muka kontrak pemain. Ternyata tidak semua klub menunaikan kewajibannya kepada pemain.

Ironisnya, permintaan APPI yang menjadi corong seluruh pemain Indonesia tak digubris. Hingga saat ini tak ada respons dari PSSI, LIB, maupun klub-klub peserta.

Sumber: CNNIndonesia.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Jawara Baca Nih! Perguruan Silat di Karawang Juara IPSI Cup

Karawang – Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kabupaten Karawang telah ...