Faktor Ekonomi Sebagai Pemicu Pertama Kekerasan Perempuan dan Anak di Karawang

KARAWANG – Anggota DPRD Jawa Barat, Sri Rahayu Agustina menyebutkan setiap minggu, satu kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi di Karawang. Setiap tahun, angka kekerasan ini meningkat terus.

Kekerasan terhadap perempuan dan anak, kata Sri, menempatkan faktor ekonomi sebagai pemicu pertama.

“Lalu kedua, faktor dari perceraian. Ketiga, faktor pendidikan. Keempat faktor bahaya internet. Dan terakhir, faktor kurangnya pendidikan agama,” ungkapnya kepada media.

Menurutnya, pelecehan seksual menempati urutan pertama bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak. Di urutan kedua, ada ekploitasi terhadap anak. Dan di urutan ketiga, human trafficking.

Sri menekankan, Pemkab dan Pemkot di Jawa Barat mestinya segera memiliki Perda perlindungan anak. Terutama bagi kabupaten dan kota yang sudah punya Perda Kota Layak Anak (KLA).

“Minimal 2021, karena Perda Perlindungan Anak adalah turuna dari Perda Kota Layak Anak,” tambahnya.

Sri juga menyoroti semrawutnya perlindungan terhadap perempuan dan anak di Karawang. Seperti misalnya tidak ada pendampingan hukum terhadap kasus-kasus kekerasan terhadap anak. Padahal Karawang sudah punya Perda Bantuan Hukum untuk Masyarakat Miskin.

Ketiadaan pendampingan hukum ini, kata Sri, membuat penanganan kasus berjalan sangat lambat.

“Perlindungan pemerintah seharusnya tidak berhenti saat kasus sudah selesai. Setelah kasus, pemerintah juga harus memastikan si korban ini jadi apa. Si korban ini nanti bagaimana, apa mereka diberi pelatihan untuk mendapatkan kerja. Apakah si korban ini diberi pendampingan psikologi,” tutur Sri.

Saat ini, Sri dan rekan-rekannya di DPRD Provinsi Jawa Barat sedang menggodok Raperda Penyelenggara Perlindungan Anak. Diharapkan dengan Perda ini, anak-anak bisa dilindungi.(cim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

310 Hektar Sawah di Karawang Terserang Hama

Karawang – Seluas 310 hektar persawahan di 19 kecamatan terkena ...