Persetujuan Kata Penculikan dalam Peristiwa Rengasdengklok

Napak Tilas Kebulatan Tekad Rengasdengklok

Karawang – Sejarawan menilai kata penculikan yang terjadi dalam peristiwa Rengasdengklok tidak mempunyai makan negatif.

Airlangga Pribadi, Sejarawan menyampaikan peristiwa Rengasdengklok pada (16/8/1945) menjadi bentuk artikulasi dari tokoh pergerakan kaum muda yang mempunyai keinginan untuk Indonesia segera merdeka. Ia menambahkan keinginan ini sama dengan pemikiran dari Soekarno dan Muhammad Hatta. Meski begitu terdapat perbedaan yang terletak di teknis. Ia menjelaskan Soekarno dan Muhammad Hatta mempunyai keinginan agar kemerdekaan terdapat legalitas yang kuat.

“Menjelaskan arti penting Peristiwa Rengasdengklok menjadi momen artikulasi dari kalangan tokoh pergerakan terutama kaum muda memiliki tujuan untuk segera memerdekakan Indonesia, sementara di sisi yang lain Bung Karno dan Bung Hatta mempunyai pandangan yang sama tetapi perbedaan tentang teknis. Kalau menurut bung Karno dan bung Hatta harus melibatkan PPKI yang sebelumnya sudah dibentuk supaya Kemerdekaan Indonesia ada legalitasnya,” ujarnya Selasa (8/8).

Ia mengungkapkan peristiwa penculikan yang terjadi pada masa itu sebagai bentuk untuk melindungi, mengamankan dan mengajak Soekarno serta Muhammad Hatta. Hal ini agar proses kemerdekaan berjalan secara lancar dan baik. Ia mengaku peristiwa tersebut juga sebagai tempat untuk melibatkan kekuatan pemuda.

“Arti penting dari peristiwa ini sebetulnya cara pelibatan kekuatan pemuda sebagai kekuatan yang siginifikan dalam kemerdekaan. Dilihat dari historysitas sejarah memang sebagai bentuk penculikan, tetapi pada masa itu bukan sebagai makna yang negatif. Sebagai mengajak dan melindungi serta mengamankan Bung Karno dan Bung Hatta sehingga proses kemerdekaan Indonesia berjalan dengan baik,” tambahnya.

Ia menyetujui adanya kata diksi penculikan dalam peristiwa pada saat itu. Ia mengutarakan, kata ini tidak mempunyai arti yang negatif. Ia pun menerangkan setelah peristiwa itu terjadi, kaum muda masih tetap menghargai serta menghormati Soekarno dan Muhammad Hatta.

“Melihat konteks sejarah memang sebetulnya terjadi proses penculikan tetapi tidak ada pemaksaan, karena kita melihat sejarahnya mereka kemudian menghormati Bung Karno dan Bung Hatta lalu adanya penyambutan. Bukan pada penculikan dalam konteks pergerakan politik tapi tidak dalam konteks konotasi tidak seperti jaman Soeharto adanya penghilangan paksa,” pungkasnya.(red/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Rayakan Hari Kartini Lira Medika Gelar Family Festival di Resinda Park Mall

KARAWANG-Momen Hari Kartini 21 April 2024 lalu digunakan Rumah Sakit ...