Ikan Nila Salin Diminati Pasar Internasional

Ikan Nila Salin

KARAWANG – Budidaya Ikan Nila Salin mempunyai potensi besar dalam meningkatkan ekonomi Republik Indonesia.

Menteri Kelautan Perikanan Republik Indonesia, Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan sebelum diresmikan sebagai tambak ikan nila salin, telah melakukan riset dan penelitian terlebih dahulu. Awal mula penelitian dilakukan untuk meneliti tentang udang. Ada seluas 78 ribu hektar lahan yang dimanfaatkan sebagai tambak. Meski begitu hasil produksi awal hanya sebanyak 0,6 ton per hektar.

“Sudah saya sampaikan kepada bapak presiden untuk project ini dimulai dari tahun 2023 tapi sebenarnya ini dimulai sejak tahun 2021. Selama dua tahun kita melakukan riset dan penelitian bahwa cara meningkatkan produksi udang. Pada saat saya masuk itu 2 juta ton, belum juga termasuk lahan yang ada termasuk Pantura di antaranya 78 ribu dari 267.803 hektar menutupinya hanya 0,6 ton per hektar,” ujarnya Rabu (8/5)

Ia menjelaskan ketika melihat tambak udang yang telah tidak terpakai maka dilakukan revitalisasi untuk dijadikan tambak nila salin. Revitalisasi dikerjakan pada tahun 2023 lalu dengan menggunakan anggaran sebesar 45 milliar untuk 83 ribu hektar. Dari luas tambak ini target produksi yang di inginkan sebanyak 10.000 ton. Berat ikan per ekor sebesar 1 kilogram. Hal ini agar dapat dijadikan fillet dan dikirim ke berbagai negara.

“Melihat di Pantura kita revitalisasi untuk menjadi tambak udang yang sesungguhnya itu lingkungannya tidak memungkinkan. Kemudian kita bersama dengan tim melakukan penelitian untuk nila salin cocok atau tidak untuk wilayah di Pantura. Tahun 2023 kita mulai dengan anggaran kurang lebih sekitar 45 milliar untuk 83 ribu hektar dan saya meminta kepada dirjen budidaya untuk diteruskan sampai 150 ribuk hektar. Dengan harapan target produksinya satu tahun 10.000 ton dengan berat per ekornya itu tidak kurang dari 1 kilogram supaya bisa di fillet,” tambahnya.

Produksi ikan nila salin akan dikirimkan ke sejumlah negara yang terdapat di Amerika, Eropa, Timur Tengah. Selain itu ikan nila salin juga akan dikirimkan ke negara China. Trenggono mempunyai kepercayaan yang besar untuk keberhasilan dari hasil tambak tersebut.

“Kita potensi 78 ribu hektar di wilayah Pantura yang sudah saya laporkan untuk kita kerjakan maka kita akan mampu kira-kira 4 juta ton setiap tahun. Untuk pasar lokal juga sangat besar, sekarang ini kira-kira 1,3 juta ton yang 90 persen itu orang penduduk lokal dan belum skala seperti ini. Ini mirip seperti industri. Risetnya 2 tahun dan pekerjaannya sudah dimulai sejak tahun 2023, saya yakin sekali ini bisa berjalan. Sekarang ini untuk budidaya ikan nila masih terjadi skala kecil, cara melibatkan mereka untuk kemudian kita jadikan lebih produktif. Ikan nila ini sangat tahan dari berbagai penyakit. Ekspor nila besar, pasar negaranya ada Amerika, Eropa, Timur Tengah, China,” lanjutnya.

Presiden Republik Indonesia, Jokowidodo mengungkapkan untuk ikan nila mempunyai potensi yang besar di pasar dunia. Saat ini telah ada 230 trilliun rupiah yang masuk dari perdagangan ikan nila. Kemudian dari potensi besar itu, maka pemerintah Indonesia mengambil langkah dengan membuat modelling tambak ikan nila salin.

“Tambak udang yang di Pantura telah lama kosong dan tidak ada kegiatan di sana ada 78 ribu sepanjang dari Serang sampai Banyuwangi. Paling mungkin sekarang ini adalah ikan nila, dipakai untuk tambak ikan nila. Memiliki deman pasar dunia sangat besar, tahun 2024 saja 14,4 milliar US Dollar kurang lebih 230 trilliun rupiah. Besarnya permintaan ini harus kita manfaatkan, tetapi juga jangan langsung membuat yang besar. Saya setuju kalau dibuat modellingnya dulu, jika modelnya sudah benar dan informasikan kepada saya,” ungkapnya.

Ia menjelaskan potensi besar ini pun akan membawa dampak positif bagi perekonomian di Indonesia. Selain itu dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Ia pun akan memberikan instruksi kepada presiden terpilih untuk menyediakan APBN untuk mengembangkan dan mengelola tambahkan tersebut.

“Dari satu hektar hanya 0,6 ton per hektar menjadi 80 an ton per hektar. Ini nantinya akan bisa mengangkut dan membuka lapangan kerja yang sangat besar. Kita melihat perkembangan di sini dulu, kalau memang desibel kita akan siapkan di APBN 2025, 2026 dan saya akan bisikan kepada pemerintah baru agar mimpi besar ini untuk bisa di realisasikan,” tutupnya.(aip/cim/fj)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Kurasi Seni Pertunjukan Tradisional

KARAWANG – Sebanyak 18 sanggar dengan 85 peserta mengikuti proses ...