Ngabesan sebagai Budaya yang Hedon?

Oleh : Ihsan Saepul Anwar

Hermeneutika yaitu sebuah penafsiran terhadap kebudayaan manusia dengan cara memperlakukan kebudayaan tersebut sebagai teks. Metode hermeneutika adalah hasil teorisasi kemudian diaplikasikan untuk memahami dunia kehidupan dan pengalaman-pengalaman manusia. Clifford Geertz berbicara tentang tafsir atas suatu kebudayaan, ia menganggap bahwa suatu kebudayaan adalah sebuah sistem simbol yang dapat dimaknai. Dalam pandangannya, Geertz berpandangan bahwa manusia adalah animal symbolic, yakni manusia sebagai makhluk yang mengenal, menciptakan, dan menggunakan simbol-simbol untuk berkomunikasi.
Geertz juga banyak terilhami dari tokoh-tokoh perintis antropogi lapangan sebelumnya seperti Eliade, Franz Boas, Alfred Louis Kroeber, Robert Lowie, serta Evan Pritchard yang menganut pandangan Bronislaw Malinowski yang menegaskan bahwa setiap teori harus berasal dari etnografi “particular” yang teliti. Mereka memberi tekanan pada “budaya” sebagai unit kunci suatu antropologi. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa studi lapangan tidak hanya meneliti sebuah masyarakat sebagaimana pendapat para sarjana Eropa, tetapi juga meneliti suatu sistem, ide, adat istiadat, sikap, simbol dan institusi yang lebih luas di mana masyarakat hanyalah suatu bagian.

Istilah “masyarakat” (society) yang dipakai oleh sebagian besar pemikir Eropa, dalam teori sosial Amerika lebih ditekankan kepada komponen komunitas manusia yang bersifat komprehensif yang disebut “budaya”
Oleh sebab itu, kebudayaan merupakan suatu sistem teks yang dapat ditafsirkan. Salah satu warisan budaya yang diwariskan turun-temurun yaitu “Ngabesan” yang terjadi ketika masyarakat Sunda hendak melakukan prosesi pernikahan.


Ngabesan merupakan salah satu tradisi dari masyarakat Suku Sunda bagian utara dimana pihak mempelai pria dan keluarga besarnya menyambangi tempat tinggal dari keluarga sang mempelai Wanita sebagai suatu bentuk dukungan moril terhadap pernikahan mereka. Tak hanya itu, tetapi pihak keluarga dari sang mempelai pria juga membawa barang-barang yang menjadi kebutuhan rumah tangga dalam kondisi baru sebagai lambang strata sosial dalam masyarakat. Hal ini biasa disebut dengan seserahan.


Banyak polemic tentang baik buruknya melangsungkan tradisi ini, disatu sisi, sebagai masyarakat yang tetap mempertahakan tradisi tentu hal ini baik, dengan meneruskan tradisi-tradisi warisan dari nenek moyang, juga sebagai upaya menghidupkan tradisi sudah dianggap di suatu masyarakat atau suatu daerah.


Akan tetapi, kerap kali beberapa masyarakat mengeluhkan tentang hadirnya tradisi Ngabesan ini. Hal itu dianggap terlalu memberatkan atau bahkan menjadi pertimbangan bagi pihak yang hendak melakukan pernikahan.

Adapun hal-hal yang dianggap kurang baik dari ngabesan adalah menganggap tradisi ini sebagai suatu pandangan terhadap pihak yang melakukannya, dan itu melibatkan perspektif masyarakat terhadap harga diri pihak yang hendak melakukan ngabesan.
Tradisi ini kadang-kadang menjadi pertimbangan bagi pihak mempelai pria yang hendak melakukan pernikahan, pasalnya Ngabesan adalah hal yang cukup memakan biaya besar selain dari pelaksanaan resepsi pernikahan itu sendiri. Dimana hal-hal yang perlu dipertimbangkan yaitu adalah pembawaan seserahan atau hantaran yang didalamnya terdapat banyak macam. Mulai dari perlengkapan pakaian mempelai Wanita, peralatan masak, kue-kue, dan bahkan Sebagian daerah seperti di Karawang mewajibkan mempelai pria dalam Ngabesan ini untuk membawa barang-barang untuk mengisi rumah, seperti lemari, tempat tidur dan seisinya, lemari make up, dan yang lainnya. Tak sampai disana, semua barang tersebut harus merupakan kualitas tinggi. Seperti barang-barang mebel atau furniture yang dibawa harus merupakan Grade yang tinggi. Jika tidak, maka masyarakat akan menganggap pihak dari mempelai pria kurang menghargai pihak mempelai wanita.
Selain itu, hal yang dianggap menjadi pemberat dalam Ngabesan yaitu dengan memfasititasi transportasi dan seluruh biaya lainnya bagi seluruh keluarga besar bahkan hingga seluruh warga di kampung halaman si mempelai pria. Ketika rombongan besan terdiri dari sedikit orang, maka hal itupun bisa menjadi pandangan masyarakat yang buruk terhadap mempelai pria. Lagi-lagi dianggap kurang menghargai atau bahkan tidak memprioritaskan pihak mempelai Wanita.
Seiring dengan perkembangan zaman, ngabesan juga semakin memberatkan mempelai pria. Biasanya seluruh rombongan besan akan diberikan dresscode atau seragam yang digunakan ketika ngabesan, yang itu diberikan secara Cuma-Cuma kepada semua pihak yang hendak ikut berpartisipasi dalam Ngabesan.
Bagi beberapa pihak, dapat disimpulkan bahwa ngabesan adalah suatu tradisi yang kurang baik, karena dianggap terlalu mengedepankan ego. Beberapa tokoh di Karawang juga mebeberkan bahwa tradisi ini tidak sama sekali bersifat wajib seperti rumor yang telah beredar dikalangan masyarakat pada umumnya. Sehingga masyarakat lebih memilih untuk tidak melakukan tradisi Ngabesan ketimbang melakukannya dengan kesederhanaan.
Dapat kita simpulkan bersama bahwa tradisi, Ngabesan bisa dianggap sebagai budaya yang bersifat Hedon, ditambah dengan berkembangnya zaman, budaya hedon saat ini semakin marak terjadi di kalangan masyarakat di Indonesia, akhirnya semakin menambah unsur Hedon dalam tradisi Ngabesan. Lalu, bagaimana perspektif dalam Islam memandang tradisi Ngabesan sebagai budaya yang Hedon?
Hedonisme berasal dari paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran ini, yaitu untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati.

kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Padahal islam mengajarkan untuk tidak bermegah-megahan dalam hidup. Sebagaimana banyak diriwayatkan dalam hadist bahwa Rasulullah SAW. juga menghindari hal itu.
Konsep kesenangan atau kebahagiaan etika hedonisme di atas cenderung bersifat individual. Karena itu, etika utilitarianistik kemudian mengoreksinya dengan menambahkan bahwa kesenangan atau kebahagiaan yang dihasilkan oleh suatu etika yang baik adalah kebahagiaan bagi banyak orang, dan bukan kesenangan atau kebahagiaan individual yang di sisi lain. mungkin justru mengakibatkan kesengsaraan bagi banyak orang. Sementara itu, etika deontologis memandang bahwa sumber bagi perbuatan etis adalah rasa kewajiban. Sejalan dengan itu, aliran ini mempercayai bahwa sikap etis bersifat fitri, dan pada saat yang sama, tidak (murni) rasional. Pada kenyataannya, hasil pemikiran para filosof Barat mengenai etika sering merupakan irisan dari ketiga aliran besar itu. Dengan kata lain, pemikiran masing-masing mereka bisa mengandung prinsip-prinsip lebih dari satu aliran besar tersebut di atas.
Islam memiliki konsep kesejahteraan yang sering disebut dengan Maslahah yaitu mendatangkan segala bentuk kemanfaatan atau menolak segala kemungkinan yang merusak. Lebih jelasnya Manfaat adalah ungkapan dari sebuah kenikmatan atau segala hal yang masih berhubungan denganya, sedangkan kerusakan adalah hal-hal yang menyakitkan atau segala sesuatu yang ada kaitan denganya.
Perlu kita tahuhui bahwa kemaslahatan akhirat adalah hal yang paling penting dalam pandangan Islam, yaitu tercapainya keridhaan dari Allah yang maha pemurah di akhirat nanti, karena dalam pandangan islam hidup tidak hanya berhenti pada kehidupan di dunia saja, dengan kata lain bahwa kerhidhaan Allah di akhirat tidak bisa terlepas dengan keridhaannya di dunia dan bagaimana seseorang menentukan sikapnya di dunia.
Bagaimanapun perspektif terhadap suatu budaya atau tradisi ngabesan, tetaplah budaya yang baik untuk merekatkan tali silaturahmi terhadap sesame umat muslim. Namun disamping itu, harus tetap dipertimbangkan pula keburukan-keburukan yang terdapat di dalamnya. Dengan meminimalisir keburukan dalam tradisi Ngabesan akan meningkatkan rasa cinta masyarakat dan menghilangkan stigma-stigma negatif terhadap tradisi ini. Kita tidak harus men-judge secara langsung, tetapi dengan mengamati dan mempertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang dianggap tidak perlu dilakukan dalam tradisi Ngabesan.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Dinkes Catat 655 Kasus DBD, 2 Anak Meninggal Dunia

KARAWANG – Dinas Kesehatan Karawang melakukan penyelidikan epidemiologi sebagai salah ...