Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Kerja,Dosen dan Tendik Unsika akan Melakukan Kunjungan
ke Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi

Oleh : Dr. Solehudin, MM

Sekelompok Dosen dan Tendik UNSIKA yang tergabung dalam “Singaperbangsa Touring Culture Society” memutuskan untuk mengadakan kunjungan ke kampung adat Ciptagelar Sukabumi. Kunjungan ini tidak hanya bertujuan untuk bersenang-senang atau berlibur semata, melainkan untuk meningkatkan produktivitas kerja dengan cara yang berbeda. Para dosen dan tenaga kependidikan UNSIKA percaya bahwa pengalaman baru, terutama yang berkaitan dengan keberagaman budaya, dapat menginspirasi dan memperluas wawasan. Dengan mengunjungi kampung adat Ciptagelar, mereka berharap dapat menemukan perspektif baru tentang kerja tim, kolaborasi, dan komunikasi yang akan diterapkan dalam lingkungan kerja di UNSIKA.

Kampung adat Ciptagelar merupakan kampung yang masih menjaga tradisi dan budaya nenek moyangnya. Para dosen dan tenaga kependidikan UNSIKA melihat potensi untuk mempelajari cara hidup dan budaya yang berbeda dari kebanyakan tendik dan dosen di universitas. Mereka juga berharap dapat menemukan cara baru dalam meningkatkan produktivitas kerja. Masyarakat adat Ciptagelar sangat memegang teguh nilai-nilai budaya yang diteruskan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.

Beberapa nilai budaya yang dipegang oleh masyarakat adat Ciptagelar yang harus disinergikan dengan budaya kerja di UNSIKA:

1. Masyarakat adat Ciptagelar sangat menghargai nilai gotong royong.

Tenaga Pendidik, Budaya gotong royong merupakan salah satu aspek yang sangat kuat dalam kehidupan Tendik (Tenaga Kependidikan) di lingkungan pendidikan. Gotong royong adalah sebuah konsep sosial yang menekankan pada kerja sama, saling membantu, dan saling berbagi tugas demi mencapai tujuan bersama. Dalam konteks Tendik, budaya gotong royong diwujudkan melalui kolaborasi dan kebersamaan antara staf administrasi dan tenaga pendukung lainnya untuk menjaga kelancaran dan keberhasilan berbagai kegiatan di institusi pendidikan. Dalam budaya gotong royong, Tendik berperan sebagai garda terdepan dalam mendukung kegiatan akademik dan non-akademik di lingkungan universitas. Mereka bekerja sama untuk memastikan bahwa lingkungan belajar dan kerja menjadi tempat yang kondusif dan nyaman bagi seluruh anggota komunitas.

Dosen, Budaya gotong royong memainkan peran penting dalam kehidupan akademik dan profesional para dosen. Dalam konteks ini, budaya gotong royong mengacu pada sikap saling membantu, kolaboratif, dan saling berbagi pengetahuan guna meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian. Para dosen yang menganut budaya gotong royong secara aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan akademik. Mereka saling berbagi informasi, pengalaman, dan sumber daya untuk mendukung pengajaran, penelitian, dan pengembangan kurikulum. Dosen sering kali bekerja sama dalam mengorganisir seminar, lokakarya, dan konferensi ilmiah guna memperluas pemahaman dan pengetahuan di bidang mereka. Selain itu, budaya gotong royong juga tercermin dalam kolaborasi antara dosen dengan mahasiswa. Para dosen memberikan bimbingan dan dukungan kepada mahasiswa dalam proses belajar dan pencapaian tujuan akademik mereka. Dosen juga sering kali melibatkan mahasiswa dalam penelitian mereka, memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar secara langsung dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki dosen.

Budaya gotong royong dimana dosen juga mendorong adanya diskusi terbuka, saling memberi umpan balik yang konstruktif, dan menciptakan lingkungan akademik yang inklusif. Para dosen saling mendukung dalam mengatasi tantangan dan kesulitan dalam bidang pendidikan dan penelitian, serta saling menginspirasi untuk mencapai tingkat keunggulan. Budaya gotong royong, dosen dituntut menciptakan iklim kerja yang kolaboratif dan memperkuat keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Hal ini juga membentuk komunitas akademik yang kuat, di mana saling berbagi pengetahuan dan pengalaman menjadi kunci utama dalam meningkatkan mutu pendidikan dan penelitian.

2. Masyarakat adat Ciptagelar sangat menghargai keteraturan

Tendik, Keteraturan adalah prinsip yang sangat penting dalam peran Tendik (Tenaga Kependidikan) di lingkungan pendidikan. Dalam konteks Tendik, keteraturan merujuk pada kemampuan untuk menjalankan tugas-tugas administratif dan operasional dengan terorganisir, disiplin, dan tepat waktu. Keteraturan memainkan peran kunci dalam memastikan kelancaran berbagai kegiatan di institusi pendidikan. Sebagai bagian dari tugas mereka, Tendik bertanggung jawab untuk mengelola berbagai aspek administratif, seperti keuangan, kepegawaian, pengarsipan, dan pengelolaan inventaris. Dengan menerapkan keteraturan, mereka memastikan bahwa prosedur-prosedur yang telah ditetapkan diikuti dengan baik, dokumen-dokumen penting terorganisir dengan baik, dan sumber daya yang tersedia dikelola secara efisien.

Selain itu, keteraturan dalam Tendik juga mencakup penjadwalan dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan di lingkungan pendidikan. Tendik harus mampu mengatur jadwal pertemuan, acara, dan aktivitas lainnya agar berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dengan keteraturan yang baik, mereka dapat menghindari tumpang tindih, mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dan memastikan bahwa semua kegiatan berjalan dengan lancar. Keteraturan juga berperan dalam menjaga komunikasi yang efektif dan jelas antara Tendik dengan anggota lain di institusi pendidikan. Tendik harus menjaga keteraturan dalam merespon permintaan, mengelola komunikasi tertulis dan lisan dengan baik, serta memberikan informasi yang diperlukan dengan tepat waktu dan akurat.

Dosen, Dalam konteks dosen, keteraturan menjadi prinsip penting dalam menjalankan peran akademik dan profesional mereka. Keteraturan mencakup aspek penjadwalan, pengelolaan waktu, penyampaian materi pengajaran, dan pengelolaan kegiatan penelitian. Sebagai pendidik, dosen harus memiliki jadwal yang teratur untuk mengatur waktu mengajar, melakukan persiapan, dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa. Dengan menjaga keteraturan dalam jadwal, dosen dapat memastikan bahwa setiap kelas dan kegiatan akademik lainnya berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Selain itu, keteraturan juga penting dalam penyampaian materi pengajaran. Dosen perlu memiliki rancangan pengajaran yang terstruktur dan sistematis, yang memperhatikan tujuan pembelajaran, penyesuaian kurikulum, dan kebutuhan mahasiswa. Dengan keteraturan dalam penyampaian materi, dosen dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan mengorganisir informasi dengan lebih baik. Dalam kegiatan penelitian, keteraturan berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan dokumentasi. Dosen perlu mengatur jadwal riset, mengelola sumber daya.

3. Kemandirian: Meskipun hidup di kampung yang terisolasi, masyarakat adat Ciptagelar memiliki rasa mandiri yang tinggi.

Tendik, Kemandirian adalah nilai yang penting dalam peran Tendik (Tenaga Kependidikan). Sebagai Tendik, kemandirian mencakup kemampuan untuk mengambil inisiatif, bekerja secara mandiri, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugas administratif dan pendukung di institusi pendidikan. Sebagai bagian dari tim administrasi, Tendik menunjukkan kemandirian dengan memiliki pemahaman yang baik tentang tugas-tugas yang perlu dilakukan. Mereka mampu merencanakan dan melaksanakan tugas-tugas dengan efisien, tanpa perlu pengawasan langsung.

Tendik juga memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang muncul secara mandiri, dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menemukan solusi yang tepat. Kemandirian Tendik juga mencakup kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan mengambil inisiatif dalam meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. Mereka proaktif dalam mencari cara-cara baru untuk meningkatkan efisiensi, menemukan solusi yang lebih baik, dan memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan institusi pendidikan.


Selain itu, kemandirian Tendik juga mencerminkan tanggung jawab pribadi terhadap pekerjaan mereka. Mereka menghargai pentingnya menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan berkualitas tinggi. Tendik juga memiliki sikap yang profesional dan dapat diandalkan, sehingga mereka dapat bekerja secara mandiri dengan meminimalisir pengawasan.

Dosen, Kemandirian merupakan kualitas yang penting untuk mencapai keberhasilan dalam pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kemandirian mencakup kemampuan untuk mengambil tanggung jawab pribadi atas tugas-tugas dosen, mengelola waktu dengan efektif, dan mengembangkan diri secara mandiri. Seorang dosen yang mandiri mampu mengatur dan mengelola waktu mereka dengan baik.

Mereka memiliki kemampuan untuk merencanakan dan menyusun jadwal pengajaran, mengatur waktu untuk penelitian dan pengembangan profesional, serta memastikan ketersediaan waktu yang cukup untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa. Kemandirian juga mencakup kemampuan untuk mengatur prioritas dan mengelola tugas dengan efisien. Kemandirian dalam dosen juga mencerminkan kemampuan untuk mengembangkan diri secara mandiri. Mereka proaktif dalam memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka, mengikuti perkembangan terbaru di bidang studi mereka, dan terus belajar melalui penelitian dan literatur akademik.

Dosen yang mandiri juga mampu mengidentifikasi dan mengejar peluang pengembangan profesional, seperti menghadiri konferensi atau mengikuti program pelatihan. Selain itu, kemandirian dosen juga melibatkan kemampuan untuk mengambil inisiatif dan mengatasi tantangan yang muncul. Mereka dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan mereka, mencari sumber daya yang dibutuhkan, dan bekerja secara mandiri untuk menghasilkan hasil yang baik dalam pengajaran dan penelitian mereka.

Kegiatan ini akan di nahkodai oleh Dr (C) Pamungkas Satya P, MH, dan didampingi oleh pegiat kebudayaan Kang Adien kasepuhan (Yayasan Graha Tani Ruminansia Subang). (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Pekan Imunisasi Dunia dan Pelayanan KB

Karawang – Bupati Karawang H Aep Syaepuloh SE menghadiri acara ...