Proses Pembuatan Bubuk Kopi dengan Alat Tradisional

Karawang – Masih terdapat produsen penghasil kopi dengan menggunakan alat tradisional di Kabupaten Karawang. Pemilik Kopi Eno, Andri Kusuma memulai usaha kopi sejak tahun 2020. Ia menambahkan mempelajari tentang kopi secara otodidak. Ia menjelaskan jika tertarik dengan bidang kopi saat masih menjadi supir angkutan bus malam.

“Mulai buka setelah pensiun dari angkutan bus malam, awalnya saya hanya penikmat kopi, tapi akhirnya jadi ada keinginan untuk terjun di industri kopi,” ujarnya Jumat (30/6/2023).

Ilmu yang ia miliki saat ini berasal dari internet, ia mengaku tidak pernah menempuh pelatihan apapun terkait bidang tersebut. Kemudian ia menemukan ciri khas dalam produk yang ia tekuni, berupa cara sangrai yang masih menggunakan alat tradisional. Kemudian ia pun menggunakan nyiru sebagai alat untuk mengayak dan alat untuk menghaluskan obat untuk menggiling biji kopi. Ia menuturkan modal awal hanya sebesar satu sampai tiga juta.

“Saya ga pernah pakai alat yang mahal, semua alat masih tradisional dan mudah di cari di sekeliling kita. Saya ingin menciptakan kualitas rasa yang berbeda dari kopi lainnya yang sudah menggunakan alat modern,” tambahnya.

Biji kopi yang ia gunakan merupakan Robusta Sanggabuana. Ia mengaku dari satu biji kopi dapat tercipta tujuh rasa kopi dengan cara yang berbeda. Ia menjelaskan hanya mengandalkan takaran untuk dapat menciptakan rasa kopi yang beraneka ragam bahkan dapat menciptakan rasa serupa dengan kopi sachet ternama.

“Untuk rasa, saya main takaran. Itu nanti bisa menyerupai rasa kopi yang biasa orang-orang minum, apapun jenisnya. Saat menyangrai pun, bisa ditentukan rose, medium, dark-nya. Dari situ tingkat kepekatan akan berbeda,” imbuhnya.

Ia menuturkan kembali jika proses sangrai memerlukan waktu yang berbeda berdasarkan jumlah biji yang digunakan. Selanjutnya memasuki proses mengayak, kemudian memasuki tahap penyimpanan selama dua hari. Setelah itu biji kopi baru dapat di giling. Sejauh ini ia menjual bubuk kopi berdasarkan pesanan. Hal ini dikarenakan untuk menjaga kualitas rasa. Ia menjual satu kilogram bubuk kopi dengan harga 160 ribu. Penjualan telah dilakukan hingga Tangerang, Bandung.

“Saya tidak pernah menyimpan kopi giling karena tahannya sebentar, jadi menggiling by request agar fresh untuk pembeli. Harga satu kilogram bubuk kopi saya jual 160 ribu karena harga biji kopi sendiri untuk kelas satu dan dua sudah sangat mahal sekitar 62 ribu untuk per kilogram,” pungkasnya.(red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

Bupati Aep Sebut, Buruh di Karawang mempunyai Peran Penting untuk Kemajuan Karawang

Karawang – Bupati Kabupaten Karawang bersama dengan Forkopimda menghadiri acara ...