Boled Metafora Merkantilisme

Oleh : Dr. Solehudin, MM

Ubi Jalar dikenal dengan nama ketela rambat, huwi areuy/boled (Sunda), telo (Jawa), petatas (Papua), sweetpotato (Inggris), dan shoyo (Jepang) adalah sumber karbohidrat yang cukup penting dalam sistem ketahanan pangan kita. Selain karbohidrat sebagai kandungan utamanya, ubi jalar juga mengandung vitamin, mineral, fitokimia (antioksidan) dan serat (pektin, selulosa, hemiselulosa).

Kenapa dinamakan boled tentu memiliki makna dan filosofi, Menurut studi numerologi orang yang suka “boled” mempunyai kepribadian orang yang berani namun ramah (Tingkat spiritual tinggi, intuitif, tercerahkan, idealis, tegas, pemimpin).

Gubernur Jawa Barat (Ridwan Kamil) pada tahun 2020 melepas ekspor 30 ton boled ke Hongkong. Setiap tahun, volume ekspor boled mencapai 18 ribu ton, baik dalam bentuk olahan maupun masih berupa boled mentah. Peningkatan penjualan boled ini terjadi karena kesadaran masyarakat Dunia yang semakin tinggi akan pentingnya nutrisi bagi kesehatan tubuh. Masyarakat saat ini menginginkan konsumsi makanan yang berkualitas, alami, non-hewani, dan mudah diolah. Boled menjadi salah satu alternatif yang memenuhi kriteria tersebut karena kandungan nutrisi dan vitamin yang melimpah di dalamnya.

Ketika saya membahas “Boled” saya teringat konsep merkantilisme. Bahwa pada akhirnya, perdagangan internasional adalah tentang merkantilisme. Bangsa yang paling berkuasa adalah bangsa yang paling banyak mendominasi negara lain melalui perdagangan barang. Boled dengan akarnya yang dapat menjalar ke mana-mana, menjadi metafora yang halus dari merkantilisme. Syarat agar akar itu dapat menjalar ke mana pun adalah tanah yang subur nan gembur. Maka tak perlu merasa angkuh, dengan diam dan senyap, akar-akar itu akan menghasilkan umbi buah yang pada satu titik dapat kita panen.

Semua orang memiliki preferensi makanan yang unik dan pilihan pribadi yang beragam. Terkadang, di tengah kecanggihan dan inovasi kuliner, kita seringkali terpesona oleh hidangan-hidangan mewah dan eksotis yang ditawarkan di restoran bergengsi. Namun, dalam keberagaman kuliner yang memikat hati ini, ada kebahagiaan sederhana yang bisa ditemukan dalam makanan yang mungkin dianggap sepele oleh beberapa orang.

Salah satu contohnya adalah “goreng boled” makanan yang terkenal dengan sederhana tapi menggugah selera. Walaupun mungkin dianggap oleh beberapa orang sebagai pilihan makanan yang tidak bergengsi, kampungan, atau tidak berkelas, namun banyak yang jatuh cinta pada kenikmatan yang ditawarkan oleh hidangan ini.

Goreng boled menawarkan kelezatan yang sulit ditolak. Potongan boled yang digoreng hingga kecokelatan dengan tepung renyah dan berbumbu khas ini mampu membangkitkan sensasi di lidah kita. Ketika digigit, terasa perpaduan sempurna antara boled dan balutan tepung yang digoreng dengan kecrispyan luar yang menggoda. Sungguh, ini adalah pengalaman yang memanjakan lidah dan membuat kita terus kembali untuk mencicipi lebih banyak.

Bagi sebagian orang, kecintaan pada goreng boled adalah tentang menghubungkan diri dengan tradisi dan kenangan masa kecil. Seperti hidangan-hidangan rumahan yang mengingatkan kita pada momen bahagia di meja makan keluarga, goreng boled juga memiliki daya tarik sentimental yang kuat. Itu adalah makanan yang biasanya hadir dalam acara-acara khusus, pesta kecil, atau pertemuan santai bersama teman-teman. Rasanya membawa kita kembali ke nostalgia akan aroma dapur dan kebersamaan yang indah.

Selain itu, goreng boled juga menawarkan kepraktisan yang sulit diabaikan. Dalam kehidupan yang serba sibuk ini, adakalanya kita mencari makanan yang dapat disantap dengan cepat tanpa kehilangan kelezatan. Goreng boled adalah pilihan yang tepat. Dengan cepat dan mudah disiapkan, makanan ini bisa dinikmati di mana saja, baik sebagai camilan di waktu luang maupun sebagai hidangan utama yang memuaskan.

Jadi, mengapa kita harus mengecilkan kecintaan pada goreng boled? Kenikmatan kuliner tidak selalu berhubungan dengan kesan mewah atau eksklusifitas. Ada kebahagiaan yang bisa ditemukan dalam kesederhanaan makanan yang menggugah selera, seperti goreng boled. Ini adalah hidangan yang mencerminkan keberagaman selera dan preferensi individu. Jadilah berani mengejar kenikmatan pribadi dan menikmati setiap gigitan yang menggugah selera. Kita tidak perlu mengikuti anggapan umum, tetapi membiarkan lidah kita menentukan apa yang benar-benar membuat kita bahagia.

Goreng boled adalah simbol kepuasan kuliner yang bisa ditemukan dalam hal-hal sederhana. Jadilah penikmat setia dari hidangan ini, dan biarkan pengalaman kuliner kita menjadi perjalanan yang penuh dengan kelezatan yang tiada tara.(*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

x

Check Also

1.500 Peserta Festival Sampah Ramaikan Hari Pendidikan Nasional

KARAWANG – Momen Hari Pendidikan Nasional, Persatuan Bank Sampah Sekolah ...